Kenyang Dicaci Maki Peserta, Adapula yang Berterima Kasih

- Jumat, 13 September 2019 | 09:49 WIB

Terbiasa berada di tengah masyarakat dan bersosialisasi, Siti Jamilah sudah tidak asing lagi dengan jenis pekerjaan yang dijalaninya. Wanita yang penuh semangat ini sadar betul akan bertemu dengan berbagai karakter. Apalagi dalam menyampaikan informasi tunggakan iuran peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

 

LISAWAN YOSEPH LOBO

 

SEKIRA pukul 10.00 WITA, Siti Jamilah mulai bersiap berkunjung ke rumah-rumah peserta JKN-KIS BPJS Kesehatan. Hari ini, Kamis (12/9) wanita yang akrab disapa Mila ini menjadwalkan kunjungan ke RT 14, Kelurahan Sebengkok. Dari kertas yang dipegangnya, ada 40 rumah yang harus dikunjunginya.

Memarkir kendaraan roda duanya, tepat di Gang Bubuhan. Lalu ia melanjutkan dengan berjalan kaki, menelusuri gang demi gang. Berbekal beberapa lembaran kertas, tertera nama-nama peserta yang harus dikunjunginya. Seperti peta menuju rumah peserta, tak jarang ia bertanya warga yang berpapasan dengannya.

Tibalah ia di umah pertama. Ia menjelaskan maksud kedatangannya. Sekaligus sosialisasi, disambut baik oleh tuan rumah, dan bersedia memberi tanda tangan atas lembaran kertas yang disodorkannya. Perasaan lega karena tuan rumah bersedia tanda tangan, sebagai bukti ia telah menjalankan tugas.

Dilanjutkannya ke rumah peserta berikutnya. Dari empat rumah yang telah dikunjungi, ia mendapati peserta-peserta yang pengertian. Adapula peserta yang mengerti betul arti dari penggunaan kartu BPJS ini. Rerata peserta yang dikunjunginya, bersedia melunasi tunggakan ketika sudah memiliki uang.

“Kalau sakit kan BPJS ini meringankan juga, sedia payung sebelum hujan. Tapi karena belum ada uang, jadi belum bisa lunasi. Setelah ada uang, baru kita lunasi,” kata peserta yang memiliki tunggakan sebesar Rp 1.760.000 ini.

Mila merasa kunjungan hari ini berjalan sangat baik. Tidak seperti sebelum-sebelumnya, dihadapkan dengan peserta yang berkeras hati hingga enggan memberi tanda tangan.

Mila menargetkan mengunjungi 6 rumah. Tibalah pada peserta ke-6. Bila dari 5 rumah ia mendapatkan respons positif, lain halnya dengan peserta ini. Ia sempat adu argumen dengan peserta tersebut, yang menolak melunasi tunggakannya sekitar Rp 1.760.000.

“Saya sudah beberapa kali sampaikan, saya ingin berhenti. Tapi kenapa tidak boleh berhenti? Nanti saya bayar, kalau saya merasa sudah memakai kartu ini,” kata peserta ini.

Tidak diam saja. Mila pun mencoba menjelaskan dan memberi pemahaman fungsi BPJS ini. Hampir setengah jam bertukar pikiran, peserta tersebut pun menganggukkan kepala seraya memberi sinyal sudah mengerti. Di akhir pertemuan, peserta tersebut pun bersedia tanda tangan sebagai bukti ia sudah mendapatkan edukasi.

Seperti inilah kegiatan Mila setiap harinya. Bertemu dengan karakter berbeda-beda. Ini pun bukan pertama kali Mila bertemu dengan peserta yang menggurui dirinya. Beberapa kali ia bertemu dengan peserta yang merasa lebih tahu, hingga membahas pasal per pasal di depannya.

“Memang pola pikir masyarakat berbeda-beda. Ada yang merasa kalau sudah punya uang, siap melunasi. Tapi ada juga yang orang mampu, tidak mau bayar,” kata wanita kelahiran Tarakan, 30 Juni 1972 ini.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB
X