Dari Limbah, Kuliner Khas Tarakan Diminati Negara Tetangga

- Kamis, 12 September 2019 | 13:00 WIB

Tergabung di dalam Usaha Kecil dan Menengah (UKM), membuat Resqi Nofianty harus memiliki produk unggulan. Tentu yang unik, dan berbeda dari pelaku usaha lainnya. Maklum, pegiat kuliner di Bumi Paguntaka ini cukup banyak dan menjamur.

 

—LISAWAN YOSEPH LOBO—

 

KOMODITAS kuliner Kota Tarakan identik dengan hasil perikanannya. Selain ikan pepija atau ikan nomei, alias ikan tipis, dari tangkapan jaring para nelayan pun ada kepiting dengan ukurannya yang sangat kecil.

Bukan baby crab maupun kepiting soka. Tapi para nelayan lokal menyebutnya kepiting kiracak. Ukurannya hanya sebesar jempol orang dewasa, tidak dapat bertambah besar.

Konon, kepiting kiracak ini tidak dijual oleh para nelayan. Melainkan dianggap limbah atau sampah. Ada yang memasaknya, paling tidak hanya 1 kilogram dari ratusan kilogram yang terjaring. Lebih banyak dibuang seperti sampah.

Namun, di tangan Resqi Nofianty, kepiting kiracak ini diolah menjadi pangan atau oleh-oleh khas Tarakan. Mulai dari produk beku, kepiting gurih atau crispy, karopok capit.

“Saya sebut kepiting kecil atau mini crab. Bukan baby crab, tapi memang ukurannya kecil, sudah tidak bisa besar. Sebenarnya itu tidak ditangkap oleh nelayan, tapi saat jaring udang dan ikan pepija, justru mini crab-nya ikut terjaring. Jadi yang diambil nelayan hanya udang dan pepija. Sementara mini crab-nya dibuang, tidak dimanfaatkan,” katanya saat ditemui di kediamannya, Perumahan PNS, Blok B, nomor 524, Juata Permai.

Akhirnya wanita yang akrab disapa Mbak Kiky ini mengajak kerja sama ke salah satu nelayan di Kampung KB, RT 07, Kelurahan Juata Laut, untuk mengumpulkan kepiting kiracak ini. Yang sebelumnya tidak ada nilai jualnya, sekarang kepiting kiracak dihargai Rp 5 ribu per kilogram.

Adapula musim ketika kepiting kiracak lebih banyak terjaring, dibandingkan udang maupun ikan pepija, yakni kisaran akhir Juli. Di saat ini kepiting kiracak sangat berlimpah. Saat melaut, bisa mendapatkan puluhan hingga ratusan kilogram. Padahal tidak diinginkan oleh para nelayan.

“Ini baru-baru saya ambil 149 kilogram. Sampai ada nelayan bilang, mau ambil lagi kah,” lanjutnya.

Nama kepiting kiracak ini masih sangat asing di tengah masyarakat Tarakan. Lebih sering disebut kepiting kecil. Februari 2018, awal Resqi memulai usahanya. Dari bahan baku mentah, atau diolahnya menjadi produk beku dan kering, kemudian dipasarkan.

Memasarkannya pun cukup mudah. Ia memanfaatkan electronic commerce atau e-commerce. Awal memasarkan lewat media sosial, jelas ia merasa produknya unik dan tidak ada duanya, ia pun antusias promosi.

“Saya promosi ke medsos. Tapi karena produk baru saat itu, orang bingung mau diapakan. Jadi kami buat produk turunannya, atau siap konsumsi sepert kepiting gurih. Saat promosi lagi, ternyata kepiting yang siap dikonsumsi lebih banyak peminatnya,” lanjutnya.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X