WADUH..!! Agustus Lalu, Dinkes Temukan Leptospirosis Lagi

- Selasa, 3 September 2019 | 10:00 WIB

TARAKAN – Selama bulan Agustus, Dinas Kesehatan (Dinkes) Tarakan menemukan adanya satu warga Bumi Paguntaka yang terindikasi terkena penyakit leptospiroris. Bila ditotal dari awal tahun hingga Agustus sudah ada 7 kasus leptospiroris, 2 di antaranya dinyatakan positif dan meninggal dunia.

Hal tersebut diungkapkan, Kepala Dinkes Tarakan, Subono Samsudi bahwa saat ini untuk seorang warga yang terindikasi terkena penyakit leptospiroris sudah dilakukan penanganan.

“Untuk memastikan apakah warga ini positif leptospiroris atau tidak, kami menunggu hasil uji laboratorium yang sampelnya sudah dikirim ke Salatiga,” bebernya.

Dirinya menilai penyakit yang disebabkan bakteri leptospira tersebut masih rawan menular ke manusia, mengingat hampir sebagian besar tikus yang ada di Bumi Paguntaka mengandung bakteri leptospira. “Potensi masih ada, sehingga kami harus mengantisipasinya sejak dini, terutama di daerah pesisir yang menjadi tempat paling banyak tikus berkembang biak,” ujarnya.

Secara umum jika seseorang menderita penyakit leptospirosis mulanya akan demam dan merasakan nyeri otot di seluruh tubuh. Jika parah, seseorang yang menderita leptospirosis akan mengalami pendarahan pada air kencing dan mata.

“Penyakit leptospirosis dapat mematikan pada manusia, dikarenakan penyakit ini menyerang organ dalam manusia, hingga mengganggu fungsi tubuh. Untuk itu, jika terlambat penanganannya dan dibiarkan, maka penyakit leptospirosis akan membuat manusia meninggal dunia,” ujarnya.

Sejauh ini Dinkes Tarakan telah mensosialisasikan dengan meminta masyarakat Tarakan tetap waspada dengan menjaga kebersihan lingkungannya, mengingat kebersihan lingkungan dapat memimalisir terjadi penularan penyakit leptospirosis. “Peran serta ketua RT, lurah dan camat sangat penting untuk mengajak warganya membersihkan lingkungan tempat tinggalnya, dengan lilngkungan yang bersih dapat meminimalisir terjadinya penularan penyakit leptospirosis,” ulasnya.

 

DITEMUKAN SEJAK JANUARI

Penyakit leptospirosis mulai teridentifikasi di Tarakan pada 13 Januari lalu. Awalnya menjangkit seorang warga Kelurahan Pamusian.

Namun, tak kunjung sembuh, korban pun kembali lagi pada 16 Januari dengan mendapatkan perawatan intensif melalui rawat inap. Dugaan sementara saat itu, korban mengidap hepatitis. Namun hasil laboratorium ternyata negatif.

Justru, suspect leptospirosis ditemukan dari gejalanya. Hingga akhirnya pada 18 Januari, korban meninggal dunia. Dari hasil laboratorium yang keluar pada Senin 21 Januari, positif mengandung bakteri leptospira interrogans.

Pada Agustus 2018 hasil penelitian yang dilakukan di beberapa kelurahan terdapat sumber leptospirosis, bisa ditularkan melalui tikus yang berkeliaran di lingkungan masyarakat. Yang mana penyakit ini terjadi karena terkontaminasi dengan tikus.

Dari hasil penelitian 2018, 96 persen rumah di Tarakan dihuni oleh tikus. Baik di daratan maupun wilayah pesisir, termasuk di selokan. Dengan demikian, kemungkinan penularan penyakit leptospirosis cukup rawan.

Penyakit leptospirosis bisa melalui kontak langsung dengan tikus. Gigitannya yang jika membuat kulit luka, membuka jalan bakteri leptospirosis untuk masuk ke dalam tubuh. Juga melalui kencing tikus, ke air kotor saat banjir. Atau kotoran tikus yang mengenai makanan langsung dan dikonsumsi.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X