BKSDA Pantau Perburuan Kayu Bajakah

- Senin, 26 Agustus 2019 | 11:10 WIB

TARAKAN – Kayu bajakah mendadak familiar setelah dibuktikan tiga pelajar asal Palangkaraya, Kalimantan Tengah (Kalteng) yakni Yazid, Anggina Rafitri dan Aysa Aurelya Maharani, dapat menyembuhkan kanker payudara. Atas hal itu, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim melakukan pengawasan terkait tindakan pengambilan kayu bajakah yang dapat merusak alam dan ekosistem di dalamnya.

Kepala Seksi (Kasi) Konservasi Wilayah I pada BKSDA Kaltim Dheny Mardiono mengatakan, sejauh ini pihaknya sudah melakukan pengawasan terkait tindakan pengambilan kayu bajakah di wilayah kerja BKSDA Kaltim yakni wilayah Kaltim dan Kaltara.

“Dalam penelitian yang dilakukan ketiga siswa ini berhasil meraih medali emas dalam ajang World Invention Olympic (WICO) di Seoul, Korea Selatan. Tentu kita berusaha saat ini mengantisipasi perburuan kayu bajakah secara sporadis yang dapat merusak ekosistem alam,” ucapnya.

Antisipasi terhadap adanya perburuan kayu bajakah yang sporadis dilakukan, setelah berkaca pada kasus sebelumnya yakni perburuan batu akik yang sempat terjadi beberapa tahun lalu. Di mana perburuan batu akik dilakukan oleh masyarakat dilakukan secara sporadis tanpa memikirkan dampaknya yang merusak ekosistem alam.

“Beberapa tahun lalu sempat terjadi perburuan batu akik secara sporadis karena menganggap memiliki nilai jual tinggi dan memiliki manfaat dalam berbagai hal. Tentunya apa yang dilakukan beberapa tahun lalu tersebut berdampak pada kerusakan ekosistem alam, sehingga untuk kayu bajakah ini sudah kita awasi sebagai upaya antisipasi,” ucapnya.

Beberapa kali pihaknya juga mensosialisasikan kepada masyarakat terkait kayu bajakah. Dirinya memberikan pemahaman agar masyarakat tidak memburu kayu bajakah yang ada di Kaltim dan Kaltara bila belum ada identifikasi apakah jenisnya sama dengan yang ada di Kalteng.

“Kami belum tahu apakah jenisnya sama atau tidak, jangan sampai nanti sudah melakukan perburuan kayu bajakah secara sporadis yang sudah merusak alam. Kenyataannya jenisnya tidak sama dengan yang ada di Kalteng,” ujarnya.

Memang dirinya mengakui, beberapa masyarakat lokal di Kaltim dan Kaltara menjadikan daun yang tumbuh di batang bajakah sebagai bahan baku obat untuk penyakit-penyakit tertentu. Selain itu keberadaannya juga digunakan sebagai sumber air ketika menjelajah hujan, mengingat batangnya bila dipotong akan mengeluarkan air.

“Uniknya lagi di Kecamatan Biduk-Biduk ada sejenis bajakah yang ditumbuhi bunga raflesia. Saat ini kami sudah mengirimkan sampel ke pusat badan penelitian dan pengembangan untuk mengetahui jenis rafelsia apa yang tumbuh di bajakah tersebut,” bebernya.

Sejauh ini BKSDA Kaltim belum menemukan adanya laporan perburuan kayu bajakah secara sporadis di wilayah kerjanya yakni Kaltim dan Kaltara. Bila nanti ada masyarakat yang menemukan dirinya mengimbau untuk melaporkannya. “Belum ada, bila ada saya harap dilaporkan, sejauh ini kami juga memantau melalui medsos yang biasa digunakan sebagai transaksi jual beli termasuk kayu bajakah,” ulasnya. (jnr/lim)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X