Keberadaan Gajah Kerdil di Nunukan Masih Misteri

- Sabtu, 24 Agustus 2019 | 10:29 WIB

KEBERADAAN gajah kalimantan (Elephas maximus borneensis) di Kaltara menjadi misteri. Selama beberapa kali dilakukan penelitian oleh Balai Konservasi, Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim bersama World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia, gajah kerdil borneo tersebut belum terlihat. Terakhir penelitian itu dilakukan pada 2018 lalu.

Wildlife Conservation Specialist Indonesia pada Elephant Conservation Association Wishnu Sukmantoro, mengatakan bahwa survei yang dilakukan di Kecamatan Tulin Onsoi, Kabupaten Nunukan tersebut tidak menemukan fisik gajah, hanya kotoran dan jejaknya saja.

“Bertemu langsung sama sekali tidak pernah, kami hanya menemukan jejak dan kotoran saja yang teridentifikasi benar-benar gajah kerdil borneo. Keyakinan kami bahwa di Tulin Onsoi ada gajah kerdil juga berdasarkan informasi dari masyarakat setempat,” tuturnya.

Untuk mengetahui jumlah gajah yang ada di Tulin Onsoi, dilakukan survei dengan metode yang sudah dilakukan secara internasional ketika akan meneliti suatu spesies. “Berdasarkan survei dan penelitian yang kami lakukan pada luasan sekitar 25.300 hektare setidaknya sekitar 7 hingga 8 ekor gajah kerdil,” ujarnya.

Dengan adanya survei dan penelitian yang dilakukan sebelumnya perkiraan adanya 20 hingga 80 ekor gajah di Tulin Onsoi. Namun perlu dilakukan penelitian lagi lebih mendalam, karena belum diketahui apakah itu gajah termasuk pada gajah yang bergerak dari Sabah atau memang gajah yang berada di Tulin Onsoi.

“Tahun 2012 memang ada peneliti asal Malaysia yang melakukan penelitian di Tulin Onsoi yang di mana diperkirakan ada sekitar 20 hingga  80 ekor gajah yang ada disana. Di Sabah, Malaysia ada sekitar 2.024 gajah kerdil borneo,” ucapnya.

Tidak adanya data pergerakan gajah kerdil borneo menjadi kendala untuk mengetahui ke mana saja pergerakan gajah di Tulin Onsoi. “Sebenarnya kita kami memasang GPS colar untuk mengetahui pergerakan gajah ini, apakah dia menetap di Tulin Onsoi atau berpindah hingga ke Sabah. Kendalanya kami tidak pernah melihat secara langsung fisiknya selama ini,” ucapnya.

Terpisah, Kepala Seksi Konservasi Wilayah 1 pada BKSDA Kaltim, Dheny Mardiono mengatakan, ada kekhawatiran terhadap kegiatan hak pengusaha hutan (HPH) dan kegiatan masyarakat lainnya di sekitar wilayah habitat gajah kerdil borneo. Pihaknya sudah membuat rencana koridor untuk mengetahui sejauh mana wilayah yang pernah didatangi gajah, termasuk bukan kawasan hutan.

“Peran dari perusahaan dan masyarakat menjaga agar habitat gajah ini sangat penting agar tidak terjadi penurunan populasinya,” ucapnya

Dirinya memastikan populasi gajah saat ini bila terjadi penurunan tidak disebabkan adanya perburuan, karena dirinya mengklaim sejauh ini tidak menerima laporan adanya kegiatan perburuan gajah. “Bila turun, bisa saja gajah ini bergeser ke hutan Malaysia saat dilakukan penghitungan. Izin perkebunan dan HPH tidak dipungkiri berpengaruh terhadap populasi gajah, tapi izin perkebunan dan HPH ini sebelum diterbitkan pasti melalui kajian terkait dampaknya, termasuk dampak terhadap populasi gajah,” ujarnya. (jnr/lim)

 

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB
X