Abdul Kadir, Sempat Vakum dari Politik karena Sakit

- Kamis, 22 Agustus 2019 | 11:45 WIB

Kehilangan seorang kakak, yang merupakan penyemangat Abdul Kadir, S.T dalam dunia perpolitikan, sempat membuat Abdul bersikap masa bodoh pada kepengurusan parpol. Apalagi saat itu, Abdul sempat divonis menderita gejala penyakit jantung, yang membuat Abdul akhirnya memilih berhenti dalam dunia perpolitikan. Lantas bagaimana kisahnya hingga Abdul dapat duduk di legislatif setelah berhenti dari parpol?

YEDIDAH PAKONDO

SEJAK awal, Abdul Kadir merupakan seorang pekerja yang menggeluti proyek dan sebagai kontraktor. Tahun 2000, Abdul memutuskan untuk mendirikan bisnis olahan kayu bundar yang kemudian dikirim langsung ke Tarakan. Sebab dulu aturan pemerintah tentang dunia perkayuan tidak seberapa ketat sehingga Abdul mengaplikasikan ilmu yang sudah ia dapatkan ketika masih duduk di bangku kuliah Fakultas Teknik Industri, Universitas Islam Jogjakarta.

Tiga tahun menggeluti bisnis kayu, Abdul memilih berhenti. Hal tersebut dikarenakan aturan pemerintah tentang perkayuan telah banyak sehingga menyulitkan pihaknya untuk memenuhi persyaratan tersebut. Kemudian ikut dalam proyek pemerintah di Kabupaten Malinau selama 2 tahun dan memutuskan untuk pindah ke Tarakan.

“Waktu masih di Malinau, saya sempat membuka toko obat. Waktu itu sambil berusaha, saya juga ikut proyek. Dua tahun jalankan usaha dan proyek, saya mulai pindah ke Tarakan,” kenang ayah tiga anak ini.

Di Kota Tarakan, Abdul memutuskan untuk tetap terjun dalam dunia proyek hingga bergabung dalam dunia perpolitikan. Saat itu, Abdul memiliki kakak yang bernama Abdul Ghalib menyeret Abdul untuk bergabung di Partai Demokrat pada tahun 2006.

“Pas mengelola partai, kami dapat kursi dan menjadi partai pemenang selama 2 periode. Tapi kakak saya tidak panjang umur, sehingga saya pun jadi ikut kocar kacir di partai. Saya ogah-ogahan di partai,” ucap pria kelahiran 23 Mei 1970 tersebut.

Selama bergabung di Partai Demokrat, Abdul memutuskan untuk menjadi calon legislatif pada tahun 2009 dan 2014, namun sayang nasib baik tak kunjung didapatkan Abdul. Hingga akhirnya Abdul memutuskan mundur dari dunia perpolitikan karena harus fokus mengurus kesehatan, karena saat itu dirinya divonis menderita gejala jantung.

“Akhirnya saya berobat, saya dilarang sama dokter. Dan akhirnya saya nyatakan berhenti karena ingin menjalani perobatan,” kata pria yang gemar sepak bola tersebut.

Usai dinyatakan sembuh, Abdul memutuskan untuk kembali aktif dalam dunia kemasyarakatan. Mula-mula Abdul menyusun strategi kemenangan, yakni dengan mempersiapkan finansial, sosial kemasyarakatan dan menargetkan tingkat keterwakilan dirinya.

Alhasil, dari hal tersebut Abdul mendapatkan jumlah 1.532 suara dan mendapatkan posisi nomor 1 suara tertinggi di Tarakan Tengah. Abdul menilai bahwa kerja keras akan menghasilkan sesuatu yang baik di kemudian hari, apalagi jika dipersiapkan dengan baik.

“Saya sempat terkejut sekali, karena target saya cuma 1.200 suara tapi ternyata tim saya bekerja dengan baik. Semuanya bergerak, karena persaingan di 2014 dan 2019 sangat berbeda dan semakin kencang,” tuturnya.

Keterwakilan dirinya di Tarakan Tengah, membuat Abdul memutuskan untuk menuntaskan permasalahan banjir, terutama di kawasan Sebengkok Kota Tarakan, yang meskipun telah memiliki kegiatan penanganan banjir namun masih saja terjadi banjir.

Tak hanya itu, permasalahan lain ialah sistem zonasi di bidang pendidikan yang menurutnya menyulitkan masyarakat. Sehingga dirinya menyatakan perlu mendirikan sebuah SMP maupun SMA tambahan di Sebengkok. Karena pada dasarnya jumlah masyarakat di lokasi tersebut terbilang tinggi. (bersambung/eza)

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB

Eks Ketua KPU Kaltara Bulat Maju Pilkada Bulungan

Jumat, 12 April 2024 | 11:00 WIB

Bupati Bulungan Ingatkan Keselamatan Penumpang

Kamis, 11 April 2024 | 16:33 WIB
X