ASTAGAA..!! 30 Ibu Hamil di Kaltara Positif HIV/AIDS

- Rabu, 21 Agustus 2019 | 10:23 WIB

TANJUNG SELOR – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalimantan Utara (Kaltara) menemukan 19 ibu hamil (bumil) di tahun 2018 yang positif menderita human immunodeficiency virus dan acquired immune deficiency syndrome (HIV/AIDS), kemudian dari Januari hingga Juli 2019 Dinkes kembali menemukan sebanyak 11 bumil positif HIV/AIDS. Artinya, selama dua tahun telah ditemukan sebanyak 30 bumil yang positif HIV/AIDS.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) pada Dinkes Kaltara, Agust Suwandy mengatakan, semua bumil yang ditemukan positif HIV/AIDS akan terus dikawal hingga proses persalinannnya. “Jadi bumil harus melahirkan di layanan kesehatan,” kata Agust kepada Radar Kaltara saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (20/8)

Secara data lanjutnya, memang terlihat ada peningkatan di tahun 2018. Namun, kata dia, data itu bisa saja berubah, karena data di tahun 2019 hanya sampai bulan Juli. Artinya data itu belum selesai.

“Tapi kita berharap jumlah itu tidak semakin bertambah,” harapnya.

Dijelaskan, seorang ibu yang positif HIV/AIDS kemungkinan besar akan melahirkan anak yang menderita HIV/AIDS. Apabila bumil cepat terdeteksi, minimal enam bulan sebelum melahirkan itu ada kemungkinan bayi yang dilahirkan tidak menderita HIV/AIDS.

“Sudah ada beberapa kejadian bumil yang sudah  menjalani terapi selama enam bulan di masa kehamilan, bayi yang dilahirkan tidak menderita HIV,” bebernya.

Sekarang ini ada namanya Program Triple Eliminasi. Dalam program itu, semua bumil akan diperiksa tiga penyakit menular, yang pertama HIV/AIDS, kedua hepatitis B dan ketiga infeksi menular seksual.

“Jadi setiap bumil yang berkunjung ke puskesmas, wajib mendapatkan pemeriksaan tiga penyakit itu. Dari situ kita akan bisa menjaring mana bumil yang kena hepatitis B maupun HIV,” jelasnya.

Apabila seorang bumil masuk di wilayah malaria, maka bumil juga akan mendapatkan tambahan pemeriksaan malaria. Tapi minimal tiga penyakit menular itu. Karena sudah menjadi program.

“Untuk Kaltara sejauh ini pelaksanaannya sudah cukup baik, bahkan hampir semua layanan kesehatan telah melakukan program tersebut,” ujarnya.

Lebih lanjut dijelaskan, cara penularan hepatitis B sebenarnya sama dengan HIV/AIDS, dan cara pengobatannya juga sama seumur hidup. Dan kedua penyakit ini sama-sama berbahaya.

“Sekarang ini banyak orang yang beranggapan bahwa hepatitis B sebagai penyakit yang biasa saja. Sebenarnya hepatitis yang biasa itu hepatitis A, kalau B itu sangat berbahaya,” jelasnya.

Dalam hal ini, Agust mengimbau kepada bumil agar dalam waktu masa kehamilan melakukan pemeriksaan kehamilan di puskesmas. “Minimal satu kali dalam masa kehamilan, khususnya di awal-awal masa kehamilan, karena apabila ditemukan positif penyakit menular akan cepat mengikuti proses terapi untuk menyelamatkan bayi yang ada di dalam kandungan,” bebernya.

Pemeriksaan, sambung Agust, harus di puskesmas, karena kalau pemeriksaan di swasta atau dokter praktek tidak ada pemeriksaan tiga penyakit itu, sehingga bumil harus melakukan pemeriksaan di puskesmas.

“Puskesmas itu sudah ada standarnya, jadi kami menimbau kepada bumil untuk melakukan pemeriksaan di puskesmas, hal itu penting dilakukan untuk memastikan tumbuh kembang bayi,” pungkasnya. (*/jai/zia)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X