Di Metun Sajau, Peserta Upacara Gunakan Pakaian Adat

- Senin, 19 Agustus 2019 | 12:24 WIB

Upacara peringatan HUT ke-74 RI pada 17 Agustus lalu tidak hanya digelar di Tanjung Selor sebagai Ibu Kota Provinsi Kaltara. Tapi juga di sejumlah kecamatan hingga desa yang ada di Kabupaten Bulungan. Salah satunya di Desa Metun Sajau. Uniknya desa ini punya cara sendiri dalam memperingati hari bersejarah bagi bangsa Indonesia dan caranya sama yang dilakukan di Istana Negara.

PIJAI PASARIJA

DESA Metun Sajau berada di Kecamatan Tanjung Palas Timur merupakan satu dari 74 desa yang berada di Bumi Tenguyun, sebutan lain Kabupaten Bulungan. Jarak tempuh desa ini dari Ibu Kota Kabupaten Bulungan, Tanjung Selor hanya membutuhkan waktu sekitar 40 menit. Tapi jika jalan mulus.

Namun sayang sejak beberapa tahun terakhir, beberapa titik ruas jalan menuju desa yang dinobatkan sebagai Desa Wisata Budaya sejak 2016 oleh Kementerian Pariwisata Republik Indonesia itu rusak parah.

Sehingga untuk melaluinya pengendara harus berhati-hati dengan memperlambat kendaraan. Waktu tempuh yang seharusnya sekira 40 menit menjadi sekitar 1 jam lebih untuk sampai ke desa yang bertetangga dengan Desa Wonomulyo itu.

Itu juga yang dirasakan pewarta Radar Kaltara ketika ingin melihat langsung upacara yang digelar di lapangan sepak bola desa yang berpenduduk sekitar 1.600 jiwa tersebut. Beruntung pada saat tiba di lokasi upacara, detik-detik proklamasi yang dilaksanakan sekira pukul 10.00 WITA belum digelar karena pewarta tiba lebih awal satu jam.

Sehingga pewarta sempat mengabadikan momen upacara yang unik, berbeda dengan upacara HUT RI di kebanyakan tempat. Karena, di desa yang terdapat 12 rukun tetangga (RT) ini pemerintah desanya menggelar upacara dengan mewajibkan semua peserta menggunakan pakaian adat termasuk petugas pengibar bendera. Hampir sama dengan yang digelar di Istana Negara, peserta upacara juga mengenakan pakaian adat termasuk Presiden Joko Widodo yang memakai pakaian adat NTT.

Tidak hanya itu, saat masuk ke lapangan upacara sembilan petugas pengibar bendera dari SMPN 1 Tanjung Palas Timur diiring musik kulitang (alat musik tradisional suku Dayak). Begitu juga dengan peserta upacara dari kelompok masyarakat. Dengan menggunakan baju adat masuk ke lapangan upacara sembari menari gerak sama menuju lokasi barisan yang telah ditentukan.

Kelompok wanita terdiri dari remaja dan ibu-ibu dengan menggunakan tiga macam corak pakaian adat. Untuk remaja baju adat berwana hitam dihiasi manik-manik sehingga memancarkan cahaya di tengah teriknya matahari pada saat itu. Sementara untuk wanita dewasa atau ibu-ibu menggunakan baju adat tanpa motif dengan warna mencolok, lengkap dengan topi khas dayak yang biasa disebut seraung.

Sementara peserta pria dengan pakaian adat lengkap dengan tombak, mandau dan perisai satu per satu masuk ke lapangan upacara sembari menari gerak sama. Sekali-sekali mengeluarkan teriakan, yang terkadang menggagetkan pewarta. Tombak, mandau, dan perisai akan tetap dipegang hingga selesai upacara. Upacara ini juga diikuti pelajar dan PNS.

Tepat pukul 10.00 WITA upacara HUT RI pun dimulai. Diawali dengan detik-detik proklamasi, komandan upacara Sersan Dua (Serda) Baco Adri mengendalikan peserta upacara. Tidak ketinggalan, Baco Adri yang sehari-harinya sebagai Babinsa di desa yang mayoritas dihuni Dayak Kenyah Bakung juga menggunakan pakai adat dayak, meski hanya topi.

Petugas pengibar bendera sukses menaikan bendera di tiang kayu ukiran yang berada di depan Kepala Desa Metun Sajau Reptoser Njau yang pada saat itu mejadi inspektur upacara,.

Usai upacara, Reptoser Njau menjelaskan, penggunaan baju adat saat upacara HUT RI sudah rutin dilaksanakan sejak tiga tahun terakhir. Ini dilakukan karena Desa Metun Sajau sudah ditetapkan sebagai Desa Wisata Budaya. Karena itu mau tidak mau, pemerintah desa harus berusaha agar setiap kegiatan nasional maupun daerah identik dengan budaya lokal. Salah satunya upacara HUT ke-74 RI ini.

“Sebenarnya kita berharap semua peserta upacara menggunakan pakaian adat, karena ada keterbatasan, jadi hanya sebagian saja yang menggunakan,” jelasnya.

Sehingga banyak warga yang tidak bisa mengikuti upacara di tengah lapangan. Meski begitu masih bisa mengikuti upacara dari pinggir lapangan. Sebab dari pemerintah desa sudah menginformasikan agar masyarakat mengikuti upacara.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

Data BPS Bulungan IPM Meningkat, Kemiskinan Turun

Kamis, 28 Maret 2024 | 17:00 WIB

Ombudsman Kaltara Soroti Layanan bagi Pemudik

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:30 WIB

Harus Diakui, SAKIP Pemprov Kaltara Masih B Kurus

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Penanganan Jalan Lingkar Krayan Jadi Atensi

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Jalan Penghubung di Krayan Ditargetkan Maret Mulus

Selasa, 26 Maret 2024 | 13:50 WIB

3.123 Usulan Ditampung di RKPD Bulungan 2025

Selasa, 26 Maret 2024 | 07:00 WIB

Anggaran Rp 300 Juta Untuk Hilirisasi Nanas Krayan

Senin, 25 Maret 2024 | 18:45 WIB
X