TARAKAN - Meski telah bertahun-tahun beroperasi di Bumi Paguntaka, organisasi pramuka masih kurang akan fasilitas kepramukaan. Padahal, Kota Tarakan memiliki ribuan anggota pramuka, yang siap dididik dengan sistem alam terbuka.
Ketua Harian Kwartir Cabang (Kwarcab) Kota Tarakan, Thajuddin Noor mengatakan, bahwa yang diinginkan oleh kwarcab nasional di hari pramuka nasional ialah pembinaan karakter kepada anak, terutama dalam menjauhi hal-hal negatif yang dapat mengganggu kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti narkoba, korupsi dan sebagainya.
Tajuddin menjelaskan, bahwa organisasi pramuka berbeda dengan organisasi yang lain karena itu disebut sebagai pendidikan nonformal. Sebab membina anak usia 7 hingga 25 tahun dengan menggunakan kode kehormatan, trisatya dan dasa dharma.
Hingga kini fasilitas ke pramukaan masih terbatas di Kota Tarakan. Pada 2018 lalu, telah diresmikan bumi perkemahan, menurut Tajuddin hal ini sebagai wadah bagi generasi muda untuk mencurahkan ide maupun pengalaman kreatif. Di bumi perkemahan, setiap anak dilatih untuk mengatur rumah tangga.
“Jadi tenda itu ibarat rumah, mengatur teman-teman yang piket dan sebagainya. Pramuka itu belajar sistem alam terbuka, yakni belajar sambil melakukan. Ini untuk menguatkan left skill yang kemudian diberi tanda kecakapan khusus,” jelasnya.
Dikatakan Tajuddin, kawasan bumi perkemahan telah dimanfaatkan pihaknya, hanya saja pihaknya belum berani menggunakan kawasan tersebut untuk kegiatan besar. Sebab persyaratan mandi cuci kakus (MCK) yang belum ada, serta ketersediaan air yang belum ada.
“Kalau begitu, kesan kami untuk memenangkan karakter justru terbalik, karena peserta akan membuang air sembarangan, karena MCK harus memenuhi persyaratan,” tegasnya. (shy/eza)