Sopir Angkot Tolak Keras Transportasi Online

- Rabu, 7 Agustus 2019 | 09:12 WIB

NUNUKAN - Organisasi Angkutan Darat ( Organda ) Nunukan bersama para sopir angkutan kota (angkot) menolak keras beroperasinya transportasi online di Kabupaten Nunukan.

Sebab, keberadaanya dikhawatir semakin memperburuk pendapatan sopir angkot yang saat ini masih sangat minim.

 Koordinator Sopir Angkot Nunukan Basri mengatakan, hasil rapat bersama para sopir angkot, menolak keras keberadaan angkutan berbasis online  di Nunukan.

“Pemerintah harus dapat mengantisipasi kehadiran transportasi online ini. Harus dibekukan sementara waktu sambil menunggu jalan penyelesaian,” kata Basri kepada Radar Nunukan.

Karena itu, para sopir angkot berencana melakukan pertemuan dengan Dinas Perhubungan (Dishub) Nunukan untuk mencari solusi terbaik. Karena banyak aspirasi yang masuk dari para sopir angkot, semuanya menolak transporasi online.

Salah satu alasannya, saat ini sopir angkot masih sulit mencari penumpang. Apalagi ditambah transportasi online. Kondisi tersebut, kata dia, sama halnya dengan angkutan umum di Bandara Nunukan. Terdapat 20 unit mobil yang beroperasi. Anehnya, mobil yang biasa disebut taksi tersebut masih menggunakan pelat hitam, yang artinya bukan untuk angkutan umum. “Diketahui angkutan umum menggunakan pelat kuning, bukan pelat hitam,” tegasnya.  

Ia meminta kepada pemerintah untuk mengerti soal kondisi di Nunukan. Apakah angkutan online sangat dibutuhkan? Sedangkan angkot masih cukup banyak dengan pendapatan yang minim, karena jumlah angkot tidak sebanding dengan penumpang.

 “Apabila pemerintah daerah tidak menggubris keluhan para sopir angkot, maka kami akan turun melakukan aksi unjuk rasa  menolak keberadaan angkutan online,” ujarnya.

Sementara, Ketua Organda Nunukan H. Loding mengatakan, Organda Nunukan mewakili para sopir angkot sekira 100 orang menolak keras keberadaan transportasi online. Karena bisa mengganggu mata pencaharian para sopir angkot, terutama dalam mencari penumpang.

“Rencananya akan digelar koordinasi Organda Nunukan, agar dalam penyampaian aspirasi dilakukan dengan cara yang baik dan tidak mengganggu aktivitas masyarakat,” kata  Loding.

Menurutnya, permasalahan penolakan transportasi online dari para sopir angkot di wilayah Nunukan berpotensi menimbulkan konflik sosial yang berujung pada aksi anarkis massa, karena terdapat kepentingan masing-masing dalam mencari nafkah.

Untuk itu, perlu dilakukan koordinasi dengan pihak terkait, dengan segera mengadakan rapat mediasi mengundang pihak terkait khususnya transportasi online dan perwakilan para sopir angkot untuk mencari solusi terbaik.

Terpisah, Koordinator Angkutan Online di Nunukan Arionto mengatakan, Nujek telah memiliki anggota aktif sebanyak 80 orang. Sebagian besar anggota angkutan online berasal dari berbagai kalangan.

“Untuk operator pusat angkota online Nujek berada di Kota Surabaya, Jawa Timur,” kata Arianto.

Namun, kata dia, transportasi online di Nunukan hanya melayani pemesanan makanan, tidak keliling mencari penumpang.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

Data BPS Bulungan IPM Meningkat, Kemiskinan Turun

Kamis, 28 Maret 2024 | 17:00 WIB

Ombudsman Kaltara Soroti Layanan bagi Pemudik

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:30 WIB

Harus Diakui, SAKIP Pemprov Kaltara Masih B Kurus

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Penanganan Jalan Lingkar Krayan Jadi Atensi

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Jalan Penghubung di Krayan Ditargetkan Maret Mulus

Selasa, 26 Maret 2024 | 13:50 WIB

3.123 Usulan Ditampung di RKPD Bulungan 2025

Selasa, 26 Maret 2024 | 07:00 WIB

Anggaran Rp 300 Juta Untuk Hilirisasi Nanas Krayan

Senin, 25 Maret 2024 | 18:45 WIB
X