Pelaksanaan kualifikasi Pekan Olahraga Nasional (PON) untuk cabang takraw tidak semulus yang diharapkan, pertandingan untuk kategori beregu kemarin dihebohkan dengan walk out-nya tim Nusa Tenggara Barat (NTB) dari lapangan saat pertandingan set kedua saat berhadapan dengan Kalimantan Utara. Diketahui pada set kedua kemarin Kaltara sudah unggul 1 poin sedangkan NTB hanya 0, saat laga dimulai NTB melakukan sepak mula (servis) namun ia beranggapan bola mengenai tangan dari pemain Kalimantan Utara, sayangnya beberapa wasit yang bertugas di lapangan seluruhnya mengaku tidak melihat pelanggaran.
Diduga dari kejadian tersebutlah NTB memilih meninggalkan lapangan tanpa kejelasan apapun maupun konfirmasi kepada pengawas pertandingan. Dari kejadian ini NTB diketahui akan dilaporkan ke Pengurus Besar (PB) Persatuan Sepak Takraw Indonesia (PSTI) dan sanksi tegas akan diberikan karena meninggalkan lapangan tanpa kejelasan.
Technical Delegate PB PSTI, Jumaedy Ishak mengatakan karena kualifikasi PON wilayah III ini merupakan event nasional, pengawas dilengkapi dengan technical handbook, dari buku panduan tersebut sudah tertulis dengan jelas bagi para peserta yang meninggalkan lapangan saat pertandingan akan dikenakan denda Rp 10 juta. "Tidak hanya denda saja, pastinya NTB juga menerima sanksi tidak ikut pertandingan selama dua tahun. Dari kejadian ini mungkin dipengaruhi oleh fisik juga yang sudah kelelahan dan juga kurang memahami peraturan karena dia langsung walk out berarti dia tidak menghargai petugas yang ada di lapangan,” tuturnya.
“Kalau misalnya ada masalah tentu kita harus konsultasikan terlebih dahulu, bisa saja mereka membuat surat kepada dewan hakim yang ada di sini kalau misalnya tidak puas dengan hasil tersebut karena semua memiliki aturan main yang jelas," tegasnya.
Selain itu, dari kejadian ini Jumaedy telah memanggil petugas yang bertugas saat laga berlangsung dan disidang sesuai dengan mekanisme yang berlaku. Alhasil wasit tidak melihat adanya pelanggaran yang dilakukan oleh Kalimantan Utara. "Kami sudah sidang wasit yang bertugas tidak ada pelanggaran yang dia lihat saat laga berlangsung," lanjutnya. Jumaedy mengakui ini salah satu penghinaan yang dilakukan tim NTB pasalnya tanpa ada konfirmasi yang jelas seluruh pemain dan official angkat kaki dari lapangan, sehingga sanksi terberat NTB dilarang tampil selama dua tahun dalam kejuaraan di seluruh Indonesi. "Contoh saja Yogyakarta mereka sudah mendapatkan kartu merah beberapa waktu lalu namun saat rapat dengan dewan hakim akhirnya dapat ditolelir. Karena di olahraga ini yang terpenting adalah persaudaraan dan persahabatan, kalau tanpa ada sebab yang jelas memang ini merupakan faktor kelelahan karena tim juga setiap hari berlaga," pungkasnya.
Dari kejadian ini nantinya, akan dibawa hingga PB PSTI untuk ditindak lanjuti. Jumaedy beranggapan hal ini menjadi pelajaran bagi setiap daerah untuk memahami aturan yang berlaku dalam setiap pertandingan baik daerah maupun kejuaraan tingkat nasional."Intinya dari setiap pertandingan kita harus menjaga sportivitas. Kalau seperti ini, dia (tim NTB) sudah tidak menghargai kami (petugas),"tambahnya.(puu/udn)