Perlu Dukungan Infrastruktur Memadai

- Senin, 22 Juli 2019 | 10:33 WIB

Perkembangan pesat tren belanja melalui sistem online secara tidak langsung membuat masyarakat beralih ke digital. Termasuk dalam pelayanan pembayaran. Hadirnya sistem non-tunai dimaksudkan untuk mempermudah masyarakat dalam bertransaki. Meski demikian, sistem ini masih asing pada beberapa wilayah.

 

RADAR Tarakan pun mewawancarai sejumlah warga mengenai kebiasaan mereka bertransaksi. Apakah lebih akrab tunai atau non-tunai?

Salah seorang warga Danau Jempang, Kelurahan Pamusian, Anto (28) mengaku termasuk pengguna uang digital berbasis teknologi. Dalam hal ini ia merasa terbantu. Apalagi saat tidak membawa uang tunai.

“Merasa terbantu. Kadang saya pakai belanja di toko yang sudah memfasilitasi ini. Lupa bawa uang tunai atau tidak cukup uangnya bisa pakai aplikasi uang digital. Kalau naik ojek online juga bayarnya lewat digital, jadi tidak repot lagi bawa uang tunai,” katanya kepada Radar Tarakan.

Ia mengatakan penggunaan uang berbasis teknologi ini terbilang cukup sederhana dan memudahkan. Namun tentu saja ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dan diantisipasi. Misalnya saja adanya gangguan sistem atau eror. Sehingga dapat menghambat pelanggan saat melakukan pembayaran.

“Ini kan menggunakan sistem, misalnya ke depan ada gangguan sistem, maka pemerintah harus mengantisipasi hal ini. Bagaimana solusi jika menggunakan uang digital, kita juga tidak bisa bergantung sepenuhnya pada uang digital ini,” bebernya.

Lain halnya dengan Ani (34), warga Kelurahan Juata Kerikil, Tarakan Utara. Ia mengatakan pembayaran melalui digital ini hanya dapat dilakukan oleh orang tertentu. Yang lebih utama memiliki handphone berbasis Android. “Misalnya yang orang-orang tua, tidak mengerti atau tidak punya handphone Android, pasti merasa kebingungan. Karena tidak semua orang bisa melakukan transaksi lewat aplikasi,” kata ibu dari tiga orang anak ini.

Adanya transaksi atau pembayaran melalui sistem digital, menunjukkan kemajuan dan perkembangan teknologi. “Tapi ini perkembangan zaman. Ada yang menerima, ada juga yang menganggap hal biasa. Artinya kalau yang menerima, pasti dia berusaha mempelajari. Kita juga secara tidak langsung sudah pakai uang digital, misalnya bayar ojek online langsung dari aplikasinya. Pasti lebih memudahkan,” tutupnya.
Di salah satu pusat ritel, Sinar Terang Bersaudara (STB), transaksi masih didominasi tunai. Non-tunai masih kecil.

Manajer STB Hernawan Riandi mengungkapkan, saat ini belum banyak pelanggan yang menggunakan pembayaran non-tunai saat berbelanja. Bagi mereka yang menggunakan non-tunai, kerap kali terganggu kualitas jaringan.

“Mungkin perbandingan 80-20. Misalnya 80 orang bayar cash, 20-nya non-tunai.  Kalau kami melihat tidak stabilnya sistem jaringan membuat orang-orang malas menggunakan non-tunai. Karena kalau sudah gangguan, malah lebih repot lagi. Apalagi di sini cukup sering terjadi,” ujarnya, kemarin (21/7).

Masyarakat pun memilih cara aman dengan pembayaran cash. “Ada juga beberapa pembeli yang bilang, kalau trauma pakai non-tunai karena beberapa kali mengalami gangguan. Jadi mereka malas bolak-balik bank mengurus lagi,” tuturnya.

Menurutnya, ajakan untuk bertransaksi non-tunai sudah lama dijalankan sejumlah bank. “Non-tunai itu juga agar penggunaan uang receh tidak terlalu besar. Tapi kembali lagi pada pembelinya. Kalau pembeli lebih senang uang tunai, kami tidak bisa memakskan,” tukasnya.

Dikatakan, sebagian besar pengguna non-tunai merupakan masyarakat kelas menengah atas. Meski demikian, ia menjelaskan jika pihaknya lebih mudah melayani pembayaran non-tunai.

“Yang menengah ke bawah, itu jarang. Yah, karena itu tadi sudah nyaman karena terbiasa dengan tunai. Dari pertama kali buka pelayanan non-tunai 5 tahun lalu, sepertinya tidak ada peningkatan pengguna secara signifikan yah. Sebenarnya lebih mudah melayani non-tunai, tapi karena jaringan di Tarakan sering gangguan, jadi repot juga mengurusnya. Kalau pakai uang kan, tinggal nyerahin, selesai,” tukasnya.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Data BPS Bulungan IPM Meningkat, Kemiskinan Turun

Kamis, 28 Maret 2024 | 17:00 WIB

Ombudsman Kaltara Soroti Layanan bagi Pemudik

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:30 WIB

Harus Diakui, SAKIP Pemprov Kaltara Masih B Kurus

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Penanganan Jalan Lingkar Krayan Jadi Atensi

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Jalan Penghubung di Krayan Ditargetkan Maret Mulus

Selasa, 26 Maret 2024 | 13:50 WIB

3.123 Usulan Ditampung di RKPD Bulungan 2025

Selasa, 26 Maret 2024 | 07:00 WIB

Anggaran Rp 300 Juta Untuk Hilirisasi Nanas Krayan

Senin, 25 Maret 2024 | 18:45 WIB
X