Tak Ingin Penerusnya Mengalami Hal yang Sama

- Selasa, 16 Juli 2019 | 08:57 WIB

Menjalani hidup dengan mengidap kanker tentu bukanlah keinginan semua orang. Warniati (59), ibu dari 3 anak kini tengah berjuang melawan penyakit itu. Pola hidup Warniati pun berubah drastis dari sebelumnya.

 

AGUS DIAN ZAKARIA

 

WANITA kelahiran Parepare 28 Desember 1960 itu berprofesi sebagai guru di salah satu SMA negeri, sejak Kota Tarakan masih dalam wilayah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).

Menjalani hidup sebagai wanita karir sejak muda, ia tidak menyangka akan menjalani masa tua dengan beban kanker yang sudah memasuki stadium 4 saat ini.

Ia menceritakan, dirinya sama sekali tidak pernah berpikir kebiasaan mengonsumsi makanan instan cepat saji dulu akan membuat dirinya berada dalam bahaya kanker. Pada tahun 2008 ia terkejut menemukan adanya benjolan kecil pada payudara dan disertai rasa nyeri setiap saat.

“Tahun 2006 saya kan masih di Surabaya. Kebetulan saat itu, suami saya baru pensiun dari BUMN akhirnya kami sekeluarga pindah ke Tarakan, Kalimantan Utara. Awalnya saya hanya merasa sering nyeri pada dada saya. Karena nyerinya hampir setiap hari, sehingga tahun 2008 saya periksa ke dokter di RS Haji, Surabaya. Setelah memeriksa saya divonis tumor jinak sebesar biji jagung,” ujarnya, (14/7).

Mengetahui ada tumor yang bersarang di dadanya, ia terkejut. Meski demikian, ia hanya berpikir tumor tersebut dapat dengan mudah dihilangkan melalui operasi. Sehingga, setelah melakukan pemeriksaan ia tidak merasakan rasa sakit lagi.

Celaka baginya, berselang beberapa bulan ia kembali merasakan nyeri pada benjolan di payudaranya. Selang 3 bulan ia harus dirujuk ke Surabaya untuk kembali memeriksakan payudara ke salah satu rumah sakit.

“Mulai merasa sakit lagi, dan saat itu dilakukan pemeriksaan kembali. Ternyata sudah didiagnosa tumor ganas dan peralihan dari jinak menjadi ganas itu, tidak memakan waktu yang lama yang artinya pertumbuhannya itu sangat cepat. Tidak ada pemikiran bahwa saya terkena kanker, tapi yang sudah saya yakini bahwa saya hanya terkena tumor jinak yang semakin membesar. Dan yang saya alami saat itu payudara tidak membesar, tetap seperti biasa dan sama sekali tidak terlihat bahwa saya sedang mengalami sakit,” tuturnya.

Saat itu, ia merasa sebagian kebahagiaan hidupnya resmi direnggut oleh penyakit baru dideritanya itu.

“Setelah dokter menyampaikan bahwa saya kanker, saya langsung jatuhkan tas, baru istigfar, berkali-kali dan berfikir saya manusia celaka dan merasa tidak diampuni. Badan saya gemetaran, saya merasakan syok. Setelah tenang dokter memberi waktu seminggu untuk persetujuan operasi dan jika lewat seminggu, dia mengaku angkat tangan,” terangnya.

Padahal, di tahun yang sama ia selangkah lagi akan menyelesaikan pendidikan magister. Sehingga menjelang menghadapi sidang akhir, ia mengaku cukup terganggu atas penyakit yang baru saja diidapnya.

Dalam tahun yang sama, ia kembali ke Surabaya untuk menyelesaikan ujian sidang S-2. Sebelum menjalankan sidang ia harus menjalani operasi pertama karena semakin nyeri.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pelayanan Pelabuhan di Tarakan Disoroti

Sabtu, 27 April 2024 | 08:55 WIB

Ini Dia Delapan Aksi Konvergensi Tekan Stunting

Kamis, 25 April 2024 | 12:30 WIB

Dewan Negara Malaysia Kagum Perkembangan Krayan

Kamis, 25 April 2024 | 09:30 WIB

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB
X