Sambal Pelengkap Menu, Pedasnya Menggigit

- Senin, 15 Juli 2019 | 09:49 WIB

SENSASI pedasnya selalu menggugah selera makan. Semakin pedas, semakin buat lidah bergoyang. Di situ pula letak kenikmatan hingga menambah nasi berkali-kali.

Cabai rawit yang dipadukan dengan bawang, garam dan bumbu lainnya, menghasilkan sambal yang sedap. Diulek hingga halus, biasanya nikmat disandingkan dengan sayur, ikan, tempe dan ayam goreng.

Selalu dicari saat menikmati nasi putih hangat, inovasi olahan sambal pun terus bermunculan. Ada juga sambal yang diolah menjadi oleh-oleh khas lokal. Khusus di Kalimantan Utara ini, ada beberapa sambal yang diklaim menjadi khas oleh-oleh daerah.

Selain diulek bersama garam, tomat dan terasi, sambal biasanya dipadukan dengan aneka seafood. Misalnya kepiting soka, udang, teri dan ikan ote. Selain itu, rumput laut juga enak diolah dengan campuran cabai rawit.

Nah, sekarang ini sambal banyak dihidangkan dalam bentuk kemasan. Sehingga lebih mudah dibawa saat berpergian, dan dimakan kapan saja.

Seperti yang diolah warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II-A Tarakan. Salah seorang warga binaan, Dewi mengatakan ada empat jenis sambal khas lapas ini. Di antaranya sambal kepiting soka, sambal cumi, sambal ikan asin dan sambal rumput laut.

Nah, dari keempat sambal ini, ia mengaku proses pembuatan sambal kepiting soka ini lebih rumit dibandingkan yang lainnya. Kepiting soka yang sudah dibersihkan, terlebih dahulu dilumuri dengan perasan jeruk nipis untuk menghilangkan aroma tak sedap. Kemudian kepiting soka direbus selama 15 menit, lalu diblender hingga halus.

"Karena cangkangnya lunak, jadi rebusnya sebentar saja," terang wanita berusia 28 tahun ini.

Lain halnya dengan rumput laut. Rumput laut terkenal dengan bau amisnya. Untuk menghilangkan aroma amisnya, rumput laut yang sudah dicuci bersih ini direndam dengan air tepung beras selama lima hari. Itu pun wajib rutin mengganti airnya. "Makanya setiap hari diganti airnya, supaya baunya hilang dan bersih," bebernya.

Nah, cita rasa sambal yang diolah warga binaan ini identik lumayan pedas. Maklum cabai yang digunakan merupakan cabai rawit, bukan merica. "Misalnya sambal cumi, satu kilogram cabai rawit, cabai keritingnya setengah kilogram," jelasnya.

Meski diproduksi di dalam ruang terbatas, namun sambal produksi warga binaan ini tak kalah nikmatnya dengan sambal botolan lainnya. Tingkat kepedasannya pun cocok di lidah pecinta pedas. (*/one/fly)

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

Puasa Pertama Tanpa Virgion

Minggu, 17 Maret 2024 | 20:29 WIB

Badarawuhi Bakal Melanglang Buana ke Amerika

Sabtu, 16 Maret 2024 | 12:02 WIB
X