Menyatu dengan Alam Mengitari Keindahan Bawah Laut

- Selasa, 9 Juli 2019 | 13:11 WIB

Melalui freediving manusia dapat beradaptasi dengan laut, bak habitat laut lainnya. Menyelam bebas hingga menyentuh dasar laut. Jenis olahraga ini banyak digemari kelas internasional. Bukan pula olahraga baru.

 

LISAWAN YOSEPH LOBO

 

BAGI perenang, freediving bukanlah hal yang lumrah. Selalu pula dikaitkan dengan scuba diving. Konon, banyak hal yang didapatkan saat menyelam bebas. Tak hanya menyatu dengan air. Juga bersahabat dengan satwa laut, sekaligus merefleksikan diri, terbang mengitari laut.

Orang yang memiliki segudang ide kreatif banyak memanfaatkan konten dasar laut. Entah itu menjadi model di dalam laut, bisa juga sebagai fotografer andal.

Instruktur freediving, Mikhael Dominico mengaku, banyak yang didapatkan dari menyelam bebas ini. Tak sekadar hobi bermain air, tetapi juga kesempatan untuk menjelajah keindahan dunia bawah laut.

“Bisa menjadi lebih tenang di dalam air. Untuk olahraga, freediving memerlukan ketahanan fisik, melatih hidup sehat karena kita belajar menahan nafas, bagaimana tubuh kita bernafas yang baik, badan lebih sehat dan bisa mengatasi stres,” katanya.

Pria kelahiran Bandung, 15 Januari 1989 ini memiliki hobi bermain air sejak kecil. Apalagi kalau bukan berenang. Ia pun termasuk atlet renang pada saat itu. Karena kesibukan, ia pun sempat vakum. “Ketika saya sudah tidak bertanding dan tidak berenang karena kesibukan kuliah, saya mencoba cari kegiatan yang lain. Waktu itu saya mulai dari scuba diving, akhirnya saya melihat freediving yang cocok sama saya. Ketika di air saya bisa bergerak bebas,” kata pria berusia 30 tahun ini.

Bergerak bebas di dalam laut, membuat matanya berbinar dan perasaan yang asyik menikmati surga dunia bahari. Ia merasa, saat menyelam bebas membuat kesehariannya lebih berwarna. Ia memulai freediving 2013 silam. Saat itu di Inggris. Perlahan dipelajarinya, tiga tahun atau sejak 2015 ia sudah mengajar 300 lebih murid.

Di 2015 juga, ia pernah mengikuti kompetisi internasionalyang digelar di Australia. Tiga tahun kemudian, tepatnya 2018 pun ia terbang ke Negara Sakura, alias Jepang.

Kompetisi freediving ini termasuk ajang bergengsi kelas dunia. Selalu saja diadakan secara internasional. 2015 ia mengikuti kompetisi yang diadakan di Bali, Indonesia. Mini competition yang diikuti sekitar 20 negara, termasuk Malaysia dan Eropa. Saat itu ia menyabet juara pertama.

Selebihnya, di Indonesia ia lebih banyak menjadi bagian tim penyelenggaran event. Entah itu menjadi juri, juga safety dive. Jika hanya diam memandang keindahan bawah laut, ia mampu menahan nafas selama lima menit. Namun bergerak sembari mengitari keindahan bahari, biasanya ia mampu bertahan di dalam air selama dua menit lebih. Saat pelatihan di Bali pun ia pernah menyelam dengan kedalaman 55 meter.

“Kalau di Derawan banyak main di permukaan, tapi di depan Kakaban turunnya cukup dalam 10 meter. Ada beberapa titik, turun 20 meter,” katanya.

7 tahun menikmati keindahan bawah laut, ia tak hanya mengitari laut Indonesia. Juga di Inggris tempat ia belajar freediving, dan Australia. Lantas di manakah tempat yang paling berkesan? Ia pernah menyelam di Tonga, Polinesia bersama paus. Kesempatan itu terkenang dalam ingatannya. Padahal sebelumnya ia tidak pernah membayangkan. Tetapi di Tonga, ia bisa menyelam bersama paus.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X