Sering Di-bully, Pilih Putus Sekolah dan Bekerja

- Senin, 1 Juli 2019 | 13:10 WIB

Ramadi, anak petani asal Berau, Kalimantan Timur (Kaltim) beberapa hari terakhir viral di media sosial (medsos) di Tanjung Selor. Pasalnya, pria asal Desa Tanjung Perangat, Kecamatan Sambaliung itu memiliki tinggi badan berbeda dengan manusia kebanyakan. Bahkan diklaim sebagai manusia tertinggi di Kaltim dan Kaltara (Kaltimtara).

PIJAI PASARIJA

TIDAK hanya masyarakat, pewarta media ini pun ingin tahu kondisi sebenarnya. Sekira pukul 08.00 WITA, pewarta mengatur janji dengan Haen Hasan, pria asal Bulungan yang membawa Adi, sapaan akrab-Ramadi ke Tanjung Selor.

Akhirnya, pewarta diberi waktu bertemu Adi sekitar pukul 08.30 WITA di salah satu rumah warga di Jalan Binjai Tanjung Selor. Yakni, rumah milik Damrin, pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Bulungan.

Tanpa membuang waktu, pewarta pun langsung mendatangi kediaman Adi. Sekira pukul 09.00 WITA, pewarta tiba di rumah permanen biru tersebut dengan kondisi pintu terbuka. Dari luar rumah, terlihat seorang pria yang tengah berbaring di atas lantai keramik sembari menikmati acara televisi.

Namun, saat itu pewarta belum mengetahui pria yang tengah berbaring itu merupakan sosok yang selama ini viral. Setelah masuk ke dalam rumah, tubuh jangkung pun terlihat saat ia duduk untuk menyapa pewarta.

Setelah dipersilakan masuk oleh pemilik rumah, pewarta pun berbincang-bincang dengan Adi dan pemilik rumah serta Haen Hasan yang pada saat bersamaan juga baru tiba karena letak rumahnya yang berada di Kilometer (Km) 9, Tanjung Selor.

Namun sebelum memulai perbincangan dengan Adi, Haen Hasan mengingatkan agar lebih dekat dengan Adi jika ingin berbicara dengannya. Karena diakui saat berbicara suaranya tidak begitu jelas, sehingga harus didengar dengan cermat.

Setelah penjelasan tersebut, akhirnya pewarta memulai bincang-bincang dengan pria kelahiran Sumatera Utara, 31 Januari 1997.

Anak dari pasangan Tongat (50) dan Hotmafina Pangabean (50) ini pun mengawali ceritanya tentang cerita dari orang tua, yang menyebutkan salah seorang tokoh agama di tempat lahirnya pernah mengatakan kalau dirinya akan tumbuh besar dan berbeda dengan anak pada umumnya. Saat itu umur Adi masih 2 bulan.

“Waktu di Sumatera Utara (Sumut), bapak saya pernah cerita ke saya, saat saya berusia dua bulan ada orang tua yang  memberi tahu kalau saya akan berbeda dengan anak lainya,” ucap anak kedua dari lima saudara ini.

Cerita itu pun terbukti, pasca dikhitan pada saat menginjak usia 12 tahun, pertumbuhannya cukup drastis. Bahkan ketika di usai SMP, tinggi badannya sudah mencapai 180 cm. Dengan ukuran baju, XXXXL. Alhasil, dengan pertumbuhan yang begitu cepat ia pun kesulitan menggunakan sepatu sekolah. “Kelas 2 SMP ukuran sepatu kaki saya sudah 44,” ujarnya.

Untuk tetap bisa bersekolah ia pun melipat sepatu sekolahnya, namun cara yang dilakukan pria yang sehari-hari bertani itu kerap di-bully oleh teman-temanya. Karena sudah telalu sering di-bully, ia pun melaporkan hal itu kepada kedua orang tuanya.

“Bapak minta saya untuk berhenti bersekolah dan mencari pekerjaan,” ucapnya.

Setelah berhenti sekolah, ia pun masuk ke hutan untuk bekerja kayu, tidak berlangsung lama ia pun berhenti dan bekerja di perkebunan sawit. “Selama saya bekerja guru saya selalu datang ke rumah, tapi karena saya sudah tidak tahan di-bully sampai sekarang saya tidak bisa menyelesaikan pendidikan SMP,” ucapnya dengan wajah yang penuh penyesalan.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Eks Ketua KPU Kaltara Bulat Maju Pilkada Bulungan

Jumat, 12 April 2024 | 11:00 WIB

Bupati Bulungan Ingatkan Keselamatan Penumpang

Kamis, 11 April 2024 | 16:33 WIB

Ada Puluhan Koperasi di Bulungan Tak Sehat

Sabtu, 6 April 2024 | 12:00 WIB
X