Keterbatasan Fisik Jadi Motivasi Pelajar SLB

- Selasa, 25 Juni 2019 | 09:42 WIB

Kreativitas pelajar di Sekolah Luar Biasa (SLB) Tanjung Selor ibarat tak ada habisnya.Dengan berbagai keterbatasan fisik, mereka mampu membuat mahakarya berupa peta Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Uniknya, peta yang dibuatnya itu justru dari bahan wadah telur bekas.

RACHMAD RHOMADHANI

PULAU Sumatera hingga Papua tergambar secara jelas dalam sebuah pigura berukuran sekitar 1x2 meter di salah satu ruang SLB Tanjung Selor. Namun, siapa menyangka peta Indonesia dengan art yang ciamik itu merupakan hasil karya anak-anak disabilitas di SLB Tanjung Selor.

Tak hanya itu, keunikan dari peta Indonesia dengan berbagai corak warna itu, ternyata terbuat dari bahan wadah telur bekas. Padahal, sekilas dari jarak kurang dari 2 meter peta itu laiknya sebuah lukisan yang dikreasikan dari kuas dan cat.

“Ini anak-anak di sini (SLB Tanjung Selor, Red) juga yang buat,” ucap Instruktur di SLB Tanjung Selor, Agustryanti saat berbincang kepada penulis pasca menunjukkan berbagai karya seni sebelumnya.

Adapun, dikatakannya juga, mengenai alasan mengapa kreativitas dari wadah telur bekas itu justru salah satunya dijadikan peta Indonesia. Hal itu dimaksudkan agar mereka sekalipun tergolong sebagai anak berkebutuhan khusus. Namun, tetap memiliki hak yang sama seperti manusia normal pada umumnya.

“Mereka membuatnya itu secara berkelompok. Bahkan, dapat dirasakan bagaimana saat dulu mereka membuat begitu antusiasnya,” ujarnya.

“Saya sebagai instruktur mereka pun dapat merasakannya. Dan seolah sembari mereka merangkai pulau-pulau Indonesia itu pun berkata, aku cinta Indonesia, peta Indonesia ini aku suguhkan ke Presiden Jokowi,” sambungnya.

Lebih jauh dikatakannya, mengenai Presiden RI Jokowi sendiri memang dalam beberapa pembelajaran di ruang kelas, mereka diajarkan juga untuk mengenal para pemimpin negara. Termasuk pemimpin di Indonesia sendiri, sehingga beberapa pelajar termotivasi akan sosok orang nomor satu di Indonesia itu.

“Mungkin, salah satu cara yang dapat dituangkan dengan membuat peta Indonesia itu,” kata wanita yang akrab disapa Yanti ini.

Di sisi lain, pihaknya cukup kagum juga dari hasil bimbingannya sejauh ini ke pelajar SLB. Mereka mampu menghasilkan berbagai karya seni yang mengesankan. Tak hanya, karya seni itu memiliki nilai jual. Melainkan karya seni yang ada itu justru bernilai yang lebih dari sekadar rupiah.

“Peta Indonesia ini, tidak dijual. Termasuk, beberapa karya seni lain yang memang dalam metode pembuatanya terbilang cukup rumit dan butuh waktu berbulan-bulan,” jelasnya.

Adapun, wanita berhijab yang sudah tiga tahun menjadi instruktur di SLB Tanjung Selor ini tak menampik, dalam pembuatan peta Indonesia ini waktunya cukup panjang. Setidaknya, ada 1 bulan lebih baru benar-benar pelajar SLB dapat menyelesaikannya.

“Ya, seperti apa yang saya katakan sebelumnya. Anak berkebutuhan khusus ini memang memiliki tingkat kejenuhan yang tinggi hingga 70 persen. Artinya, tinggal bagaimana kita bersabar dalam membimbing mereka,” tuturnya.

Namun, ia bersyukur lantaran adanya dukungan para guru lain di SLB Tanjung Selor. Sehingga dari puluhan pelajar yang ada dapat diarahkan dengan baik. “Mereka sebelumnya dikelompokkan pada potensinya masing-masing. Nah, setelah para guru ini mendapatinya, baru pengajaran kreativitas dan umum dilakukan,” jelasnya.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB
X