Antusias Produk UMKM Menurun

- Senin, 17 Juni 2019 | 12:24 WIB

TARAKAN – Pengembangan produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) saat ini dihadapkan pada kondisi ketidakstabilan harga. Produk UMKM yang terdapat pada UMKM Centre Tarakan yang terletak di Jalan Pattimura Kelurahan Pamusian, mengalami penurunan penjualan.

Safriani Sunusi, karyawan UMKM Centre mengungkapkan di tahun 2019 antusias masyarakat dalam berbelanja produk UMKM semakin menurun khususnya komoditas pakaian. Sebagian besar pembeli enggan berbelanja besar karena mahalnya biaya bagasi pesawat.

"Sangat berpengaruh karena berlakunya tarif bagasi. Karena sebagian besar pelanggannya dari luar Tarakan jadi untuk komoditas yang agak berat sekarang peminatnya berkurang. Yang masih terjual normal hanya makanan ringan seperti amplang dan semacam hasil perikanan," ujarnya, kemarin (16/6).

Ia menerangkan, di tahun 2018 jumlah pengunjung berkisar dari 25 hingga 35 setiap harinya. Saat ini jumlah pengunjung hanya mencapai 15 hingga 20 saja.

Akibat dampak dari kenaikan biaya bagasi pesawat, sehingga berdampak pada menurunnya penjualan tas, barang hiasan dan pakaian.  Meski demikian, hal itu tidak signifikan.

"Dari pengakuan pelanggan, mereka sekarang takut belanja banyak karena berlakunya perhitungan biaya bagasi. Jadi, itulah kenapa sekarang berbelanja oleh-oleh jadi pikir-pikir. Tapi untuk pembeli makanan ringan masih bisa dikatakan normal," tuturnya.

Saat ini UMKM telah menjajakan 60 jenis komoditas yang disuplai dari 40 wirausahawan. Meski demikian, sebagian besar penyuplai merupakan warga lokal yang telah lama menggeluti dunia UMKM.

"Jumlah komoditas di sini semua sekitar 60 jenis yang sebagian besar dari Tarakan. Yang dari luar itu cuma batik dan sama beberapa tas rotan. Selain itu semua hasil wirausahawan lokal. Untuk penyuplainya sekitar 40 orang karena ada juga beberapa penyuplai memiliki komoditas lebih dari 1," jelasnya.

Meski UMKM Centre diperuntukkan untuk semua produk UMKM Kaltara, namun hingga saat ini hanya Kabupaten Malinau yang berkontribusi melalui komoditas kerajinan tangan serta pakaian. Menurutnya, hal itu disebabkan karena sebagian besar peserta kesulitan mengurus legalitas produk.

"Kalau supplier dari luar cuma dari Malinau saja. Kendalanya, karena banyak produk dari luar itu sama dengan di Tarakan jadi kalau untuk dimasukkan di sini hanya menerima produk yang belum ada selain pakaian dan juga mungkin karena kepengurusannya. Keamanan dan kehalalannya sehingga membuat wirausahawan tidak mau repot akhirnya mereka jual sendiri produknya. Padahal urusnya tidak susah," tuturnya.

"Kalau dulu komoditas yang tidak laku sampai masa expired itu digantikan dalam bentuk uang oleh Dinas Perdagangan sekarang karena minim anggaran jadi sudah tidak lagi. Mungkin itu alasan dari beberapa pedagang menjual dagangannya sendiri," tuturnya.

Ketua Forum Komunikasi UMKM Kalimantan Utara (Fokutara) Eko Pristiawan mengungkapkan, defisit anggaran serta meningkatnya biaya penerbangan merupakan faktor utama menurunnya antusias UMKM antarprovinsi. Meski demikian untuk persaingan UMKM lokal, masih tetap berjalan.

"Pengaruh juga dengan naiknya penerbangan dan defisitnya anggaran daerah. Sehingga beberapa program yang menguntungkan pelaku UMKM sudah tidak ada. Sehingga beberapa UMKM memilih bertahan dengan tidak meningkatkan produksi untuk tetap aman dari kerugian," imbuhnya. (*/zac/lim)

 

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB
X