Melihat Kreativitas Warga Binaan Lapas Kelas II-A Tarakan (Bagian-3)

- Sabtu, 15 Juni 2019 | 10:55 WIB

Memanfaatkan waktu luang, puluhan tas hasil rajutan warga binaan perempuan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II-A Tarakan ini menyita perhatian.

 

LISAWAN YOSEPH LOBO

 

KARYA seni rajutan yang dihasilkan oleh warga binaan pun bermacam-macam. Tak hanya tas rajut. Tetapi ada pula dompet kecil, bando, songkok atau peci, tempat korek, topi anak-anak dan lain sebagainya.

Dari benang polyester dengan aneka warna. Mulai dari warna hijau, hitam, merah, putih dan merah muda yang dipadukan pun menghasilkan rajutan yang cantik dengan berwarna-warni.

Sudah tiga tahun, Karma Dewi (44) berada di dalam Lapas Kelas II-A Tarakan. Sejak itu lah ia mulai memainkan tangannya untuk berkarya. Dibandingkan benang wol, merajut dengan benang polyester lebih leluasa membentuk objek yang diinginkannya. “Kalau dulu pakai benang wol, hanya buat taplak meja. Sekarang pakai benang polyester, bisa bikin bando, peci, dompet-dompet kecil,” terangnya.

Setiap harinya ia dan rekannya disibukkan dengan kegiatan merajut ini. Tangannya bergerak perlahan, merajut benang demi benang. Matanya fokus melihat susunan benang. Sesekali pula ia berbincang-bincang dengan rekannya, sembari terus merajut.

20 buah dompet kecil yang dihasilkannya, dihargai Rp 15 ribu per buah. Adapula yang dibanderol kisaran Rp 100 ribu hingga Rp 300 ribu loh.

“Kalau tas besar untuk perempuan, ada yang Rp 300 ribu. Tergantung (harganya) dari hitungan benangnya. Kalau tas besar, agak mahal. Tapi dompet-dompet kecil hanya Rp 15 ribu,” bebernya.

Lebih menariknya lagi, banyak pula rekan-rekan di dalam lapas yang tertarik dengan hasil rajutannya. Ada yang yang memiliki benang sendiri, lalu ia yang merajut. Ongkos kerjanya pun ia patok sesuai dengan kemampuan rekannya. Kisaran Rp 25 ribu hingga Rp 30 ribu.

“Kadang teman-teman ada yang punya benang sendiri, jadi hanya ongkos bikinnya saja. Ada yang Rp 30 ribu, ada juga yang Rp 25 ribu. Kita lihat juga dari kemampuan teman-teman,” katanya.

Nah, hasil rajutannya ini biasa dipamerkan di Lapas. Apalagi saat ada pengunjung. Selama bulan Ramadan kemarin pun, banyak yang memesan peci untuk salat.

Yang uniknya, setiap ada rekannya yang hendak menghirup udara bebas atau akan meninggalkan Lapas, memesan rajutannya. Seperti salah seorang rekannya, memesan 20 buah dompet kecil, konon untuk akikah anaknya.

“Seperti Ibu Sila kan sudah mau bebas, jadi dia pesan untuk akikah anaknya. Kalau modelnya, tergantung dari pemesan, maunya seperti apa,” katanya.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

Data BPS Bulungan IPM Meningkat, Kemiskinan Turun

Kamis, 28 Maret 2024 | 17:00 WIB

Ombudsman Kaltara Soroti Layanan bagi Pemudik

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:30 WIB

Harus Diakui, SAKIP Pemprov Kaltara Masih B Kurus

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Penanganan Jalan Lingkar Krayan Jadi Atensi

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Jalan Penghubung di Krayan Ditargetkan Maret Mulus

Selasa, 26 Maret 2024 | 13:50 WIB

3.123 Usulan Ditampung di RKPD Bulungan 2025

Selasa, 26 Maret 2024 | 07:00 WIB

Anggaran Rp 300 Juta Untuk Hilirisasi Nanas Krayan

Senin, 25 Maret 2024 | 18:45 WIB
X