NUNUKAN – Permasalahan biaya, sepertinya menjadi masalah besar bagi sejumlah pelajar berprestasi di Nunukan. Bagaimana tidak, tanpa biaya mereka terancam tidak bisa mengikuti ajang internasional. Padahal, pelajar tersebut kerap kali mengikuti olimpiade sains bidang matematika, telah banyak menorehkan prestasi membanggakan Indonesia khususnya Nunukan.
Pendiri Rumah Matematika sekaligus Penggagas Keikutsertaan Pelajar Nunukan dalam olimpiade international, Agus Setyansah mengaku kendala terbesar dalam pengembangan bakat dan peningkatan prestasi bagi pelajar Nunukan memang terdapat pada biaya.
“Ya, kita selalu buat proposal untuk dimasukan ke pemkab, perbankkan bahkan sampai ke gubernur. Tapi belum ada respons. Untuk itu kami harus mandiri. Tentu anggaran untuk menghasilkan prestasi lagi di negara orang, diharapkan datang dari orang yang peduli pendidikan,” harap Agus ketika diwawancarai kemarin.
Kendati begitu, sejumlah pendukung kompetitor olimpiade sains bidang matematika, terus berusaha mengumpulkan dana. Bahkan mereka juga berinovasi untuk berjualan risoles demi mengumpulkan biaya perjalanan peserta Hong Kong International Mathematical Olimpiad (HKIMO) menuju grand final yang akan diselenggarakan pada 29 Agustus - 2 September 2019 mendatang.
“Anak-anak perbatasan sudah membuktikan kemampuan mereka. Melalui bidang studi matematika, pelajar Nunukan menempa mental secara mandiri dan dengan sendirinya daya juang, serta semangat bersaing dalam pendidikan menjadi spirit tersendiri. Tentu semua berharap kembali bisa membawa nama baik kabupaten di provinsi termuda di Indonesia ini sampai internasional,” harapnya lagi.
Agus menjelaskan, biaya yang dibutuhkan untuk masuk grand final HKIMO memang cukup besar, selain uang tiket dengan perkiraan Rp 10 juta pulang pergi, uang registrasi di sesi final juga dipatok berkisar Rp 4,8 juta.
Melihat keadaan itu, tentu ia berharap ada kepedulian semua pihak dalam dunia pendidikan terlebih para pelajar SD, SMP dan SMA di Nunukan sudah membuktikan diri sebagai pesaing tangguh di olimpiade. “Yang jelas tidak ada kata menyerah, kita akan terus berusaha bagaimana pun caranya supaya mereka bisa kembali berangkat dan mengikuti final,” ungkap Agus optimis.
Sebelumnya pelajar olimpiade sains bidang matematika Nunukan memang sudah membuktikan dalam meraih 1 medali perak, 11 perunggu dan 12 juara harapan di Thailand International Mathematic Olimpiade (TIMO). Sementara di bidang studi yang sama pada Hong Kong International Mathematical Olimpiad (HKIMO) 4 Mei 2019 lalu, para pelajar Nunukan kembali meraih sejumlah prestasi dengan 12 medali, 4 perak dan 8 perunggu. (raw/nri)