Al-Firdaus, Simbol Kerukunan yang Dibangun di Masa Konfrontasi

- Senin, 3 Juni 2019 | 13:29 WIB

Masjid Al-Firdaus, sebuah masjid kecil yang terletak di Jalan Danau Jempang RT 08 Kelurahan Pamusian (Kampung Baru), Tarakan Tengah. Masjid ini sekaligus menjadi simbol kerukunan umat beragama karena letaknya yang tidak jauh dari gereja.

 

AGUS DIAN ZAKARIA

 

SALAH satu saksi sejarah pembangunan masjid itu adakah H. Abdul Hamid Yusran (63). Ia tokoh yang menyaksikan pembangunan pada tahun 1964. Diungkapkannya, warga perbatasan Kalimantan Utara (Kaltara) sedang menghadapi konflik konfrontasi dengan Malaysia di tahun 1962 hingga 1966. Masjid Al-Firdaus dibangun pada momen tersebut, sehingga kerap diidentikkan dengan peristiwa sejarah nasional tersebut.

"Jadi kalau ada yang menanyakan umur masjid ini saya selalu mengaitkan dengan peristiwa sejarah itu. Karena memang pembangunanya saat peperangan itu," ungkapnya, kemarin (2/6).

Mbah Hamid panggilan akrabnya, menerangkan masjid ini dulu merupakan surau kecil berbentuk panggung dengan luas 8 x 10 meter. Masjid ini dibangun untuk memudahkan beribadah umat muslim di wilayah tersebut.

"Waktu itu saya masih kecil umur 7 atau 8 tahun saat itu. Masjid ini dibangun bentuknya masih kayu berbentuk panggung ada kolongnya. Dulunya masih surau, dibangun karena saat itu orang mau salat tidak ada tempat ibadah. Yang ada di sekitar sini cuma gereja," ungkapnya.

Siapa sangka, pembangunan Masjid Al-Firdaus dulu dikerjakan oleh beberapa narapidana (napi) yang diberi syarat kebebasan khusus dengan catatan harus membantu pengerjaan masjid. Hal itu, dikarenakan kurangnya tenaga kala itu. Mengingat, sebagian besar pemuda saat itu berjuang membela negara.

"Saya masih ingat dulu pembangunannya dulu dikerjakan 3 orang tukang, dan beberapa napi yang mereka sudah dapat semacam asimilasi. Dulu itu kepala lapas warga sini, almarhum Pak Mulyadi. Jadi, beliau mengutus 5 napi setiap hari untuk membantu tukang mengerjakan masjid ini. Tapi itu tidak ada unsur paksaan karena ada penawaran kebebasan bersyarat," tuturnya.

Sementara itu, Rudiansyah, bendahara Masjid Al-Firdaus mengatakan, tercatat masjid ini telah mengalami 2 kali renovasi di tahun 1980 dan tahun 2000-an. Hasil renovasi kedua tersebut hingga saat ini masih dipertahankan. Walau demikian, Masjid Al-Firdaus tetap dipertahankan bentuk atasnya yang terlihat tradisional. Hal itu dimaksudkan, agar kesan sejarah pada Masjid Al-Firdaus, masih bisa dirasakan hingga saat ini.

"Jemaah semakin bertambah akhirnya pihak masjid saat itu, mempertimbangkan untuk memperbesar masjid sekaligus mengubah status langgar atau musala menjadi masjid," tukasnya.

Masjid Al- Firdaus saat ini memiliki luas sekitar 10 x 12 meter dan dapat menampung sedikitnya 150 jemaah. Meski tergolong kecil ini memberi pengaruh besar terhadap umat beragama di Kota Tarakan khususnya masyarakat Kampung Baru.

"Sesuailah dengan jumlah warga di sini yang biasanya menggunakannya," terangnya.

Di bulan Ramadan ini Masjid Al-Firdaus tidak memiliki program khusus yang berbeda. Karena jemaah masjid ini sebagian besar bukan warga terdekat masjid, sehingga masjid ini tidak melakukan program buka bersama. Meski demikian, kegiatan ibadah keagamaan masjid ini tetap berjalan seperti biasa.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ini Dia Delapan Aksi Konvergensi Tekan Stunting

Kamis, 25 April 2024 | 12:30 WIB

Dewan Negara Malaysia Kagum Perkembangan Krayan

Kamis, 25 April 2024 | 09:30 WIB

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X