Diberi Nama Surau Gadang, yang Mewakafkan Berdarah Minang

- Selasa, 28 Mei 2019 | 11:31 WIB

Masjid Surau Gadang atau dalam bahasa Minang berarti musala besar berdiri di Jalan Bhayangkara RT 64, Kelurahan Karang Anyar (Pasir Putih), Tarakan Barat. Namanya kontras dengan nama-nama masjid pada umumnya, yang biasanya dengan bahasa Arab.

 

KUSWANTO, ketua RT sekaligus warga setempat menerangkan, Masjid Surau Gadang didirikan pada tahun 1995 yang awalnya hanya merupakan musala berdinding papan yang luasnya sebesar 10 x 10 meter. “Masjid ini dibangun tahun 1995 yang dulunya berstatus surau. Bangunannya dulu ini hanya kayu, ukurannya lebih kecil. Setelah itu, lama-lama penduduk di sini bertambah. Akhirnya, tahun 2000 dibangun kembali dan akhirnya jadi masjid,” kata Kuswanto.

Ia menjelaskan, nama Surau Gadang diambil karena seorang yang mewakafkan tanahnya untuk pembangunan tempat ibadah di kawasan tersebut merupakan seorang berdarah Minang. Sehingga warga setempat bersepakat menggunakan bahasa Minang dalam penamaan masjid tersebut. Nama Surau Gadang sendiri, dipilih karena dulunya masjid ini merupakan musala kecil yang sekarang menjadi masjid besar. Sehingga, nama Surau Gadang dirasa sangat cocok untuk menjelaskan identitas masjid ini.

“Namanya H. Amrin yang mewakafkan tanahnya itu,” terang Kuswanto.

Dalam perjalanannya, masjid ini telah mengalami 2 kali renovasi. Yaitu pembangunan awal dan penambahan bagian bentuk bangunan. Karena posisinya yang berdekatan dengan Markas Komando (Mako) Brimob, sehingga dulunya sebagian besar pengurus masjid tersebut merupakan anggota Brimob aktif. Namun saat ini, karena pada Komplek Brimob telah berdiri masjid, sehingga pengurusan Masjid Surau Gadang  diserahkan kepada masyarakat.

“Ini sudah mengalami 2 kali perubahan. Dulu papan dibangun bentuk semi permanen, kemudian direnovasi lagi menjadi seperti sekarang,” ucapnya.

Dari sekilas, masjid ini tampak tidak jauh berbeda dari masjid lainnya. Namun masjid ini memilki keunikan tersendiri, yaitu tidak memiliki tiang tengah. “Masjid ini sebenarnya tidak memiliki bentuk tertentu biasa saja. Cuma uniknya masjid ini tidak memiliki tiang di tengah masjid. Kan kebanyakan masjid itu ada tiangnya di tengah. Kalau ini tidak ada,” ucapnya.

Masjid Surau Gadang dapat menampung 500-an jemaah. Masjid tersebut, terdiri dari 2 lantai yang pada lantai pertama, difungsikan sebagai tempat pengajian anak-anak (TPA) dan kantor sekretarian pada lantai satu, dan di lantai 2 digunakan untuk salat.

Saat dikonfirmasi, Pubrianto (40) sekretaris Masjid Surau Gadang menerangkan, di bulan Ramadan ini, kegiatan yang tidak jauh berbeda. Hanya yang berbeda ada berbuka puasa dan sahur bersama. Selain itu, di hari ganjil pada Ramadan terakhir jemaah masjid tersebut juga mengadakan iktikaf untuk mengejar berkah lailatulkadar.

“Iktikaf untuk mencari berkah di bulan baik ini. Biasanya kita sambil tadarusan, tahajud atau bahkan hanya tidur di masjid saja. Karena kan memang menjelang selesai Ramadan kita harus semakin meramaikan masjid,” tuturnya. (***/lim)

 

 

 

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Data BPS Bulungan IPM Meningkat, Kemiskinan Turun

Kamis, 28 Maret 2024 | 17:00 WIB

Ombudsman Kaltara Soroti Layanan bagi Pemudik

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:30 WIB

Harus Diakui, SAKIP Pemprov Kaltara Masih B Kurus

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Penanganan Jalan Lingkar Krayan Jadi Atensi

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Jalan Penghubung di Krayan Ditargetkan Maret Mulus

Selasa, 26 Maret 2024 | 13:50 WIB

3.123 Usulan Ditampung di RKPD Bulungan 2025

Selasa, 26 Maret 2024 | 07:00 WIB

Anggaran Rp 300 Juta Untuk Hilirisasi Nanas Krayan

Senin, 25 Maret 2024 | 18:45 WIB
X