Medsos Dibatasi, Pedagang Daring di KTT Merugi

- Jumat, 24 Mei 2019 | 10:23 WIB

TANA TIDUNG – Para pedagang yang kerap berbisnis secara daring (online) di Kabupaten Tana Tidung, mengeluhkan penurunan omzet pasca dibatasi akses media sosial oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika  pada Rabu (22/5) lalu. Media sosial yang paling berdampak adalah Instagram, WhatsApp dan Facebook. Ketiga aplikasi media sosial tersebut digunakan oleh banyak pedagang daring di Tana Tidung.

Dewi (29), salah satu pedagang daring di Kecamatan Sesayap ini mengaku transaksinya menurun sejak Rabu itu. Bahkan ia tidak bisa mengunggah semua jenis jualannya di Facebook. “Saya hanya menyayangkan aturan ini. Pemerintah apakah tidak bisa melihat bahwa pengguna medsos ini banyak yang menggunakan sebagai media untuk mengais rezeki. Apalagi akses media sosial seperti Facebook, Istagram dan WhatsApp dibatasi membuat kami para penjual tidak dapat memposting barang-barang baru. Apalagi ketika pelanggan kami mau pesan menggunakan WhatsApp juga tidak bisa mengirim foto," ujarnya, Kamis (23/5).

Dalam sehari, kata Dewi, ia biasanya bisa menerima transaksi hingga Rp 2 juta. Namun sejak masalah pembatasan medsos ini dilakukan pemerintah, ia mengaku belum ada satupun transaksi yang berhasil. “Ya begitulah, padahal ini ‘kan memang momennya sudah mendekati lebaran. Apalagi saya hanya menggunakan aplikasi WhatsApp dan Facebook untuk berjualan online. Tapi kalau sudah seperti ini mau diapakan lagi. Hanya menunggu saja kembali seperti semula,” ungkapnya.

Senada dengan Dewi, Heni (35) yang biasa menjual kue secara daring merasakan hal yang sama. Ia mengatakan saat ini kesusahan mendapatkan bukti transfer dari pelanggannya. “Susah sekali. Orang pesan barang terus dia transfer uang, lalu kirim foto bukti transfer baru saya kirim barang. Ini ‘kan bukti transfer gak bisa terkirim jadi tertunda. Saya kirim barang juga jadinya susah,” katanya.

Heni berharap pelanggannya mengerti kondisi ini karena hal ini benar-benar kesalahan teknis. Meski saat ini pesanan sedang banyak-banyaknya karena menjelang lebaran. “Kita ini ‘kan pedagang kecil-kecilan. Mainnya pun di Facebook sama Instagram saja. Saya berharap ini segera berakhir. Sulit rasanya seperti ini. Saya juga maunya semuanya aman-aman,” ujarnya tersenyum.

Hal serupa juga disampaikan Erwin (31). Ia mengaku terganggu karena adanya kebijakan batasan penggunaan medsos. Sebagai kartunis, ia merasa kebebasan berpendapatnya terganggu. “Harusnya yang diperangi itu hoaksnya, bukan salurannya. Pemerintah juga harus jeli dengan kondisi masyarakatnya. Dampak dari semua ini para masyarakat yang merasakannya baik, tahu maupun yang tidak tahu, kena semua imbasnya. Kasihan para pedagang online yang memanfaatkan bulan ini untuk mencari rezeki jadi tidak bisa bertransaksi lagi karena akses medsos dibatasi,” ungkapnya.

Seperti diketahui, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Wiranto saat jumpa pers di Kantor Menkopolhukam di Jakarta, Rabu (22/5), membeberkan langkah pemerintah untuk menjaga masyarakat agar tidak terpengaruh informasi yang berbau hoaks dan simpang siur.

Dalam jumpa pers tersebut, Wiranto menyampaikan bahwa akses media sosial akan dibatasi untuk penyebaran konten, untuk menjaga hal-hal negatif tersebar di masyarakat. Sehingga, masyarakat untuk sementara tidak dapat mengirim foto dan video di media sosial, seperti Instagram dan WhatsApp.  (*/rko/ash)

 

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ini Dia Delapan Aksi Konvergensi Tekan Stunting

Kamis, 25 April 2024 | 12:30 WIB

Dewan Negara Malaysia Kagum Perkembangan Krayan

Kamis, 25 April 2024 | 09:30 WIB

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB
X