Masjid Daarussa’aadah, Konstruksi Mirip Rumah Adat

- Senin, 20 Mei 2019 | 13:28 WIB

Ragam ciri masjid di Kota Tarakan. Tak hanya bergaya Timur Tengah, jika ditelisik lebih jauh Anda akan menemukan desain khas lainnya. Seperti pada Masjid Daarussa’aadah, di Jalan Pulau Irian, Kampung Satu Skip, Kecamatan Tarakan Tengah. Bentuk bangunannya unik dan masih dipertahankan hingga saat ini, persis rumah joglo, khas Jawa.

 

AGUS DIAN ZAKARIA


MASJID
yang dibangun dari program pemerintahan Orde Baru (Orba) kala itu, memang sengaja didesain mengikuti gaya tradisional demi mempertahankan nilai kearifan lokal.

Ketua takmir Masjid Daarussa’aadah H. Sumadi mengungkapkan, masjid dibangun dari program Pembangunan 999 oleh Presiden Soeharto pada tahun 1990. Meski program 999 masjid di Indonesia sudah berjalan sejak tahun 1982, namun pembangunan Masjid Daarussa’aadah di Kota Tarakan baru dilakukan tahun 1990. Meski begitu, ia menerangkan masjid tersebut kemudian difungsikan pada tahun 1992.

"Dikerjakan saat itu oleh Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila (YAMP). Setelah rampungnya proses pengerjaan, baru di tahun 1992 masjid ini diresmikan," jelas Sumadi, kemarin (19/5). 

Masjid yang dulunya dibangun di atas rawa ini, setidaknya mengalami beberapa renovasi ringan. Meski beberapa kali direnovasi dan sudah memiliki fasilitas memadai, namun masjid ini tetap mempertahankan khas rumah adat dan tetap menerapkan prinsip tradisional di dalamnya seperti tidak memakai AC, tidak menggunakan kaca jendela, tidak menggunakan desain kaligrafi dan tidak memasang CCTV. Itu semua dilakukan, agar unsur modernisasi tidak mengikis nilai-nilai tradisional.

"Masjid ini  sudah 3 kali mengalami renovasi. Pertama tegel atau ubin masjid mengalami pergantian, terus plafon bagian tengah masjid dan demi keamanan masjid pagar masjid dilakukan ditinggikan. Memang kalau kita salat di sini kenapa udaranya agak panas, karena memang kami sengaja tidak memasang AC tapi kami hanya menggunakan kipas angin. Dari keamanan, masjid kami tidak memasang CCTV dan memiliki menggunakan petugas kemanan saja. Ada pun tidak adanya desain kaligrafi pada dinding kami memang sengaja tidak memasangnya. Itu semua demi menjaga nilai-nilai klasik pada bangunan," tuturnya.

Dengan luas komplek 50x50 meter persegi dan luas bangunan 17x17 Meter, masjid ini mampu menampung sekitar 500 jemaah. Meski menjaga nilai tradisional, namun masjid ini dilengkapi fasilitas tempat pengajian anak-anak (TPA), perpustakaan, pos keamanan dan lahan parkir yang cukup luas membuat jemaah merasa nyaman beribadah di tempat ini. Selain itu, masjid ini memiliki petugas yang lengkap baik dari kemanan, kebersihan, petugas parkir dan perawatan masjid.
"Meski tetap mempertahankan nilai tradisonal bukan berarti kami anti modernisasi. Karena kita juga harus mengikuti perkembangan zaman tanpa menghilangkan untur tradisional. Oleh karena itu masjid dilengkapi beberapa fasilitas seperti perpustakaan, pos penjagaan, lahan parkir luas, TPA, ruangan untuk berbuka puasa dan lain-lain. Selain itu kami juga memiliki petugas lengkap, petugas parkir, petugas kebersihan (marbot) halaman dan dalam masjid, petugas keamanan dan petugas lainnya," terangnya.

Sementara itu Ahmad Subhan seorang petugas keamanan masjid menerangkan, masjid ini selalu menjadi tempat favorit beribadah sejumlah wali kota. Selain karena letaknya strategis, berdekatan dengan  kantor wali kota dan kantor lainnya, masjid ini juga memang sangat akrab dengan pejabat pemerintahan. Tidak heran jika sebagian besar jemaah Masjid Daarussa’aadah merupakan kalangan birokrat.

"Wali kota sering salat di sini karena dekat dengan kantornya dan rumah dinasnya. Dari dulu, wali kota terpilih memang sering salat di sini sejak dari turun-temurun sejak dari jaman Bapak Jusuf SK. Sampai sekarang, siapa pun wali kotanya pasti salat di sini," terangnya.

Di momen Ramadan ini, ia menerangkan masjid ini juga memiliki rutinitas yang sama seperti masjid lainnya. Ialah mengadakan buka bersama setiap hari dan terbuka bagi siapa saja. "Ada jadwal antaran warga bergilir yang diterapkan dari dulu. Sama seperti semua masjid. Masjid ini selalu terbuka untuk siapa saja yang beribadah tanpa terkecuali. Datang jam berapa pun pintu masjid selalu terbuka untuk dikunjungi," terangnya.

Setelah salat subuh berjemaah biasanya kultum atau siraman rohani pagi. (***/lim)

 

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Data BPS Bulungan IPM Meningkat, Kemiskinan Turun

Kamis, 28 Maret 2024 | 17:00 WIB

Ombudsman Kaltara Soroti Layanan bagi Pemudik

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:30 WIB

Harus Diakui, SAKIP Pemprov Kaltara Masih B Kurus

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Penanganan Jalan Lingkar Krayan Jadi Atensi

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Jalan Penghubung di Krayan Ditargetkan Maret Mulus

Selasa, 26 Maret 2024 | 13:50 WIB

3.123 Usulan Ditampung di RKPD Bulungan 2025

Selasa, 26 Maret 2024 | 07:00 WIB

Anggaran Rp 300 Juta Untuk Hilirisasi Nanas Krayan

Senin, 25 Maret 2024 | 18:45 WIB
X