TARAKAN - Informasi mengenai jumlah anggaran Komite Olahraga Nasional Indonesia (Koni) Tarakan di 2019 yang hanya mendapatkan hibah Rp 500 juta dianggap wajar oleh sebagian cabang olahraga. Salah satunya cabang olahraga (cabor) squash Kota Tarakan. Diketahui dengan menipisnya anggaran setiap tahunnya dipengaruhi oleh anggaran daerah yang saat ini mengalami devisit. Sehingga cabor yang meloloskan 7 atlet di PON 2016 lalu ini tidak memaksakan anggaran yang diberikan kepada Koni tersebut. Namun Ketua Umum Squash Tarakan, Andita Pramadana beranggapan untuk kebutuhan anggaran di 2019 ini sangat besar pasalnya tidak hanya squash melainkan semua cabor juga akan bersaing di Pra PON yang dilaksanakan pertengahan hingga akhir tahun 2019.
"Dengan anggaran Rp 500 juta bagi sebagian cabor memang sangatlah terbatas. Namun kita juga tidak bisa memaksakan itu karena semua masyarakat ketahui Kota Tarakan juga mengalami devisit anggaran sehingga anggaran yang digelontorkan ke Koni sangat minim bahkan jauh berbeda dengan anggaran di tahun sebelumnya yakni 2018. Sebenarnya dengan porsi anggaran Rp 500 juta yang saat ini menjadi pembahasan dikalangan cabor memang minim karena cabor juga menyiapkan atletnya jelang Pra PON," ungkapnya.
Pria yang akrab disapa Didit ini juga menjelaskan, harusnya ada perhatian khusus mengenai anggaran untuk pengembangan olahraga prestasi di Tarakan. Karena diketahui Tarakan merupakan daerah penghasil atlet prestasi di Kalimantan Utara. "Tidak mungkin juga setiap tahun terus menurun terkait anggarang Koni ini. Kita sebagai cabang olahraga hanya bisa berharap di tahun yang akan datang akan ada peningkatan masalah anggaran. Karena hal ini seperti penyakit akut yang harus ditemukan obatnya serta solusi bersama antara pemerintah dan Koni. Jelas hal ini akan didukung oleh cabor karena demi perkembangan olahraga serta atlet karena saat ini sudah ada bebetapa cabang olahraga yang mati suri," tambahnya.(puu/udn)
