Masjid Fastabiqul Khairat Dibangun dari Donasi Warga Tionghoa

- Senin, 20 Mei 2019 | 11:32 WIB

Masjid Fastabiqul Khairat merupakan salah satu masjid terbesar Kelurahan Lingkas Ujung (Jembatan Besi), Kecamatan Tarakan Timur. Posisinya yang terletak di pinggir jalan raya, membuat masjid 3 lantai tersebut selalu ramai jemaah yang beribadah. 

 

AGUS DIAN ZAKARIA


DI balik kemegahan masjid satu ini, siapa sangka toko di balik berdirinya masjid ini adalah seorang etnis Tionghoa. Ustaz Abdul Somad, Lc, yang merupakan petugas dakwah pada masjid tersebut mengungkapkan berdirinya masjid ini, dikarenakan tidak adanya tempat ibadah terdekat masyarakat kala itu. Sehingga, dengan kondisi tersebut masyarakat merasa perlu memiliki tempat ibadah. 

"Masjid Fastabiqul Khairat dibangun tahun 1986. Dulunya, masjid ini masih kayu dan tepat posisinya terbilang di pinggir pantai. Donaturnya itu seorang mualaf Tionghoa yaitu Pak Soetomo. Dia adalah seorang yang memiliki kepedulian cukup besar,” ujar Ustaz Somad.

Seiring perkembangan, akhirnya baru di tahun 2006 masjid ini dibangun ulang untuk diperbesar. Memiliki panjang 20 meter serta lebar 25 meter, masjid Fastabiqul Khairat ini sedikitnya bisa menampung 1.000 jemaah.

"Dengan berjalannya waktu, semakin banyaknya penduduk. Pengurus bermusyawarah untuk membangun kembali masjid ini dengan ukuran yang lebih besar. Itu sejak dari tahun 2006. Ini ukurannya 20 x 25 meter yang terdiri atas 3 lantai. Lantai pertama itu berupa ruangan kantor sekertariat pengurus masjid dan pesantren, lantai 2 dan 3 digunakan untuk aktivitas salat. Kapasitas jemaah masjid ini dapat menampung seribu lebih jemaah," jelasnya.

Dalam pembangunan ulang, posisi depan masjid tidak lagi mengikuti bangunan awal. Hal itu dikarenakan, bangunan pada masjid ini ditentukan mengikuti bentuk arah jalan dan bidang tanah.  

"Masjid ini dulunya posisinya menghadap kiblat. Tapi karena mau mengikuti bidang tanah sehingga dibangun kembali miring dari kiblat. Jadi posisi orang salat di dalam ini menghadap miring ke sudut masjid," tuturnya.

Nama Fastabiqul Khairat sendiri mengartikan ajakan kepada sesama manusia untuk berlomba melakukan kebaikan. Nama itu, diharapkan dapat membuat jemaah yang beribadah di masjid dapat menjadi pribadi Fastabiqul Khairat.

"Fastabiqul Khairat adalah sebuah ajakan yang artinya berlomba-lombalah untuk berbuat kebajikan. Itu adalah sebuah pesan singkat tetapi memiliki makna yang masyaallah. Sehingga makna kata itulah yang kami harapkan menjadi pribadi jemaah di sini," jelas ustaz Somad.

Di momen Ramadan saat ini, ia menerangkan masjid ini juga memiliki rutinitas yang sama seperti masjid lainnya. Ialah mengadakan buka bersama setiap hari dan terbuka bagi siapa saja untuk dikunjungi. 

"Sama seperti masjid pada umumnya, setiap hari di bulan Ramadan masjid ini juga mengadakan buka puasa bersama. Itu hasil dari jadwal antaran warga bergilir yang diterapkan dari dulu. Sama seperti semua masjid. Masjid ini selalu terbuka untuk siapa saja yang beribadah tanpa terkecuali. Datang jam berapa pun pintu masjid selalu terbuka untuk dikunjungi," terangnya. 
Selain itu, masjid ini memiliki penyajian tidak jauh berbeda usai melakukan salat subuh berjemaah. Ialah, kultum atau siraman rohani pagi yang dimaksudkan keimanan jemaah sejak pagi hari selalu terjaga.

"Setiap hari dalam seminggu sehabis salat subuh masjid ini biasanya ada kegiatan kultum. Jadi kepada jemaah salat subuh itu tidak diperkenankan pulang selesai salat. Karena ada sedikit semacam asupan agama yang kami berikan sebagai penyemangat warga dalam menyambut pagi," pungkasnya. (***/lim)

 

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB
X