Kaltara Bebas dari Penyakit Monkeypox

- Sabtu, 18 Mei 2019 | 09:54 WIB

TANJUNG SELOR – Meskipun saat ini penyakit cacar monyet atau monkeypox sedang ramai dibicarakan. Namun, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalimantan Utara (Kaltara) memastikan jika Kaltara masih aman dari penyakit yang ditularkan dari monyet tersebut.

Kepala Bidang Pencegahan, Penanggulangan Penyakit (P2P) pada Dinkes Kaltara, Agust Suwandy mengatakan, masyarakat Kaltara tidak perlu panik dengan pemberitaan mengenai adanya penyakit monkeypox yang kemungkinan dapat masuk ke Indonesia. Meski demikian, masyarakat diimbau untuk senantiasa waspada dan menjaga kebersihan.

“Di Indonesia saja sampai saat ini belum ditemukan kasus monkeypox,” ungkap Agust kepada Radar Kaltara, Jumat (17/5).

Lebih lanjut dijelaskan, monkeypox merupakan penyakit akibat virus yang ditularkan melalui binatang (zoonosis). Penularan dapat terjadi melalui kontak dengan darah, cairan tubuh, atau lesi pada kulit atau mukosa dari binatang yang tertular virus. “Penularan pada manusia, dapat terjadi melalui kontak dengan monyet, tikus dan tupai,” ujarnya.

Selain itu, penularan juga bisa terjadi saat mengonsumsi daging binatang yang sudah terkontaminasi. Utamanya dari virus ini adalah rodent (tikus). Penularan dari manusia ke manusia sangat jarang. “Wilayah terjangkit monkeypox secara global yaitu Afrika Tengah dan Barat (Republik Demokratik Kongo, Republik Kongo, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Nigeria, Ivory Coast, Liberia, Sierra Leone, Gabon dan Sudan Selatan),” ujarnya.

Monkeypox sendiri dapat dicegah dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti cuci tangan dengan sabun. Menghindari kontak langsung dengan tikus atau primata dan membatasi pajanan langsung dengan darah atau daging yang tidak dimasak dengan baik. Menghindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi atau material yang terkontaminasi. Menghindari kontak dengan hewan liar atau mengonsumsi daging yang diburu dari hewan liar (bush meat).

“Kepada warga yang baru kembali dari wilayah terjangkit monkeypox saya mengimbau agar segera memeriksakan dirinya jika mengalami gejala-gejala demam tinggi yang mendadak, pembesaran kelenjar getah bening dan ruam kulit, dalam waktu kurang dari tiga minggu setelah kepulangan, serta menginformasikan kepada petugas kesehatan tentang riwayat perjalanan,” jelasnya.

Untuk petugas medis juga harus menggunakan alat pelindung, minimal sarung tangan dan masker saat menangani pasien atau binatang yang sakit.

Agust menambahkan, monkeypox pernah menjadi kejadian luar biasa (KLB) di beberapa wilayah. Tahun 1970 terjadi KLB pada manusia pertama kali di Republik Demokratik Kongo. Tahun 2003 dilaporkan kasus di Amerika Serikat, akibat riwayat kontak manusia dengan binatang peliharaan prairie dog yang terinfeksi oleh tikus Afrika yang masuk ke Amerika. Tahun 2017 terjadi KLB di Nigeria. (*/jai/eza)

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X