Ketegaran Nenek Siti meski Sendiri di Usia Senja

- Jumat, 17 Mei 2019 | 10:50 WIB

Ramadan sudah memasuki hari ke-12. Kali ini tim Sahur dan Buka Bareng Yuk (SBY) Radar Tarakan mendatangi kediaman Siti Rahma (70) di Pasir Putih. Nenek Siti merupakan seorang mualaf, janda sebatang kara di Tarakan.

----

Tim SBY Radar Tarakan tiba di rumah Nenek Siti pukul 17.30 WITA. Rumah kayu yang jabuk termakan usia berukuran sekira 10 X 7 meter. Di dalamnya Nenek Siti hanya tinggal seorang diri karena suami dan tiga orang anaknya telah meninggal dunia.

Di usia yang senja, Nenek Siti yang hanya sebatang kara ini harus kuat menahan sakitnya yang kadang kambuh. Untuk ke dokter, ia harus meminta tolong kepada tetangga yang sudi mengantarnya. “Punggung kadang sakit, enggak bisa makan macam-macam, karena banyak penyakit,” ujarnya.

Uniknya, tidak ada sayuran yang bisa dimakan sang nenek kecuali mentimun dan lauk ikan. “Enggak bisa makan ayam dan telur juga,” tuturnya.

Nenek Siti sudah berada di Tarakan sekitar 40 tahun, suami meninggal sudah 30 tahun silam. Nenek yang berasal dari Desa Long Nawang, Kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten Malinau, tepatnya di wilayah Apau Kayan ini mualaf mengikuti sang suami.

Ia menceritakan, pernah diajak untuk pulang kampung oleh saudaranya, namun ia menolak. “Semua keluarga saya di kampung kepercayaan agamanya beda, saya takut nanti disuruh kembali ke agama Kristen lagi. Jadi saya biarlah di sini (Tarakan, Red) karena sudah ada rumah peninggalan suami,” ungkap Nenek Siti.

Usia yang senja dan sakit-sakitan, Nenek Siti kini tak lagi ikut salat berjamaah di masjid, namun hingga kemarin nenek tetap melaksanakan ibadah puasa mulai hari pertama. “Kalau kuat saya puasa, kalau enggak kuat yah buka,” tuturnya.

Untuk kehidupan sehari-hari, Nenek Siti hanya mengharapkan bantuan dari Baznas Tarakan dan sedekah orang. “Sudah tidak bisa kerja, beberapa waktu lalu ada anak muda kasih saya uang Rp 500 ribu. Alhamdulillah bisa buat beli ikan,” ujar nenek berdarah Dayak Kenyah ini.

Nenek Siti menceritakan dengan sakitnya yang kadang-kadang kambuh dan tinggal sendiri, ia membayangkan jika sewaktu-waktu Allah memanggilnya dan tidak ada yang tahu. "Jangan pangil saya waktu malam Tuhan, nanti enggak ada yang lihat (jasad) saya," tuturnya.

Waktu berbuka pun tiba, tim SBY Radar Tarakan dan Nenek Siti menyantap hidangan yang sudah dibawa. Rasa terima kasih Nenek Siti haturkan kepada Radar Tarakan yang peduli dan membagi kebersamaan di bulan Ramadan. “Saya ingat dulu pas sahur, ada juga yang ke rumah sahur bersama. Itu Radar Tarakan juga kan? Alhamdulillah kita panjang umur bertemu kembali, semoga ini kalian semua dilancarkan rezekinya. Terima kasih sembako dan santunan uang tunainya,” kata sang nenek.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, Radar Tarakan selalu mengambil andil dalam program Ramadan.

Penanggung jawab program SBY Radar Tarakan Ahmad Syarif Hidayat mengatakan, program SBY Radar Tarakan akan terus berlanjut di Ramadan ini. Ia mengajak kepada para donatur untuk berkontribusi dalam program ini. “Berhubungan baik itu bukan hanya kepada Allah saja, namun kepada sesama juga hablum minallah wa hablum minannas. Apalagi di Ramadan ini,” pungkasnya.

Untuk dapat berpartisipasi dalam kegiatan ini, Anda dapat menghubungi nomor kontak Ayu Lysna (08115902569) atau Ahmad Syarif (085344177006). (udn/lim)

 

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pelayanan Pelabuhan di Tarakan Disoroti

Sabtu, 27 April 2024 | 08:55 WIB

Ini Dia Delapan Aksi Konvergensi Tekan Stunting

Kamis, 25 April 2024 | 12:30 WIB

Dewan Negara Malaysia Kagum Perkembangan Krayan

Kamis, 25 April 2024 | 09:30 WIB

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB
X