Kekerasan karena Kesalahan Pola Asuh

- Jumat, 17 Mei 2019 | 10:47 WIB

PERLUNYA pola asuh anak yang baik dari orang tua maupun orang tua pengganti dianggap bisa menangkal anak menjadi seseorang yang bersifat high temperament yang memicu terjadinya kekerasan di kehidupan sosialisasnya di luar rumah.

Hal tersebut diungkapkan psikolog Fanny Sumajouw, S.Psi, M.Si, setelah melihat adanya peristiwa kekerasan anak-anak yang masih dalam usia remaja terekam dan tersebar luas di medsos beberapa waktu lalu. “Anak-anak pada usia 0 hingga 18 tahun ini masih dalam proses belajar, terutama pada usia 12 hingga 16 tahun mereka masih mencari jati diri, terkadang sifatnya masih emosional, cepat naik pitam sehingga terkadang melakukan kekerasan,” bebernya.

Sehingga pola asuh yang benar sangat penting untuk mencegah anak melakukan kekerasan dalam kehidupan bersosialisasinya di luar rumah, di mana orang tua maupun orang tua pengganti memberikan edukasi kepada anak mana yang boleh dilakukan mana yang tidak boleh dilakukan.

“Edukasi yang diberikan juga harus disertai dengan contoh, agar sang anak mengetahuinya, percuma saja ketika melakukan edukasi namun tidak disertai contoh yang benar,” tuturnya.

Artinya pola asuh yang baik dari orang tua maupun orang tua pengganti akan menghasilkan anak yang baik, santun, toleran dan patuh. Begitupun sebaliknya bila pola asuh yang dilakukan terhadap anak tidak baik akan menghasilkan anak yang high temperament, emosional, cepat naik pitam dan tidak segan melakukan kekerasan. “Semuanya kembali ke pola asuh masing-masing anak yang menentukan bagaimana sifat anak ke depannya,” ujarnya.

Dirinya juga menyayangkan adanya anak yang merekam dan membagikan kekerasan tersebut ke medsos. Dirinya menilai hal ini disebabkan karena saat ini sedang demam membuka sesuatu hal yang tidak lazim dan adanya keinginan dari anak tersebut untuk dikenal orang lain. “Mungkin karena ingin di-like dan dikenal orang, anak tersebut melakukan hal tersebut, mungkin juga anak ini ingin mendapatkan pengakuan dengan melakukan hal tersebut,” tuturnya.

Terkait kasus ini, sejauh ini bila anak tersebut masih berusia 18 tahun, Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) tetap memberikan pendampingan khusus kepada anak, baik pelaku, korban maupun saksi.

“Sanksi yang diberikan juga sebatas pembinaan yang dilakukan di panti rehabilitasi, tujuannya tidak lain melakukan pemulihan dan mencari akarnya, rata-rata memang disebabkan kesalahan pola asuh,” ujarnya.

Sebelumnya video perundungan oleh remaja viral di media sosial. “Kalau lihat videonya itu, lokasinya di Bukit Cinta. Itu anak Tarakan enggak mungkin orang lain,” terang Plt. Kepala Bidang Pendidikan Dasar (Dikdas) pada Disdikbud Tarakan Wiranto, Selasa (14/5) lalu.

Dalam video tersebut seorang gadis berbaju oranye yang tak lain NN awalnya hanya membentak EL. Kemudian NN memukul dan menendang EL. Di akhir video NN bersama rekannya membuka hijab EL dan memaksa EL membuka baju hingga terlihat pakaian dalam.

Wiranto menjelaskan bahwa dirinya merasa sedih dengan tingkah yang dilakukan para pelajar tersebut. Untuk itu, langkah yang akan dilakukan pihaknya ialah berkoordinasi bersama pihak sekolah dan pihak terkait untuk melakukan pembinaan terhadap siswa yang dimaksud.

Wiranto mengaku Disdikbud akan melihat tentang seberapa jauh tindak kekerasan yang dilakukan.

Wali Kota Tarakan dr. Khairul, M.Kes, mengatakan bahwa pihaknya harus melihat akar masalah lebih dulu, sebab karakter anak didik dipengaruhi oleh keadaan rumah, lingkungan dan sekolah. "Jadi kalau sering melihat kekerasan di rumah, lingkungan atau sekolah, akan memengaruhi anak. Anak kecil begini tentu ada contoh," bebernya.

Khairul menginginkan agar Disdikbud dapat melakukan investigasi dan tidak membiarkan hal tersebut terjadi kembali.

Sebab pada dasarnya pendidikan karakter menjadi salah satu bagian penting. Namun jika terjadi terus menerus, Khairul menginginkan adanya tindakan administratif dari pihak sekolah dengan mengikutsertakan orang tua siswa yang bersangkutan. "Saya menginstruksikan kepada Disdikbud untuk lakukan investigasi. Miris jika melihat kekerasan dilakukan anak-anak," tegasnya. (jnr/lim)

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ini Dia Delapan Aksi Konvergensi Tekan Stunting

Kamis, 25 April 2024 | 12:30 WIB

Dewan Negara Malaysia Kagum Perkembangan Krayan

Kamis, 25 April 2024 | 09:30 WIB

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X