Lubang Makam Baru di Makam Lama

- Senin, 13 Mei 2019 | 13:04 WIB

Kepadatan makam di tempat pemakaman umum (TPU) kian menjadi problematik di kalangan masyarakat. Minimnya lahan pemakaman, warga pun memakamkan jenazah di atas makam keluarga yang sudah lama meninggal.

---

KETUA RT 11, Kelurahan Selumit, Ahmad Sofyan berucap, pemakaman di daerah Selumit, tepatnya di Jalan Hang Tuah RT 11 ini sudah padat. Tidak adanya lahan kosong di pemakaman ini, jenazah dimakamkan tepat di atas pemakaman keluarga yang sudah lama terkubur.

“Di situ sudah penuh. Kecuali ada keluarganya di situ, yang sudah lama meninggal, biasa mereka lapisi (gali baru) saja,” terangnya.

Dari pantauan Radar Tarakan, kondisi pemakaman di Kelurahan Selumit ini sangat padat. Bahkan terdapat satu pemakaman yang melewati badan jalan. Tak hanya itu, kondisi daerah tersebut pun becek dan berair lantaran aliran air dari perbukitan.

Seharusnya pemakaman ini tidak lagi menampung makam baru, mengingat kondisinya yang sudah padat. Ia mengatakan, ini pun menjadi tugas pemerintah untuk menyediakan lahan baru. “Di situ banjir juga. Sebenarnya pemerintah banyak tanahnya, tapi tidak tahu apa kendalanya. Masyarakat kan bayar pajak juga, jadi kasih hak orang kalau meninggal. Hidup saja kena pajak, mati pun kena pajak. Jadi tidak terlepas dari pajak,” katanya sembari bercanda.

Ia mengatakan sudah saatnya pemerintah memikirkan penataan pemakaman di lahan baru. “Saya pernah pasang pelang lahan pemerintah, ada ratusan itu. Di daerah Juata, Kampung Enam, masak tidak bisa adakan lahan pemakaman. Harusnya pemerintah sudah jauh hari memikirkan mau ditata kembali,” bebernya.

Selain di Kelurahan Selumit, pemakaman di Kelurahan Sebengkok pun butuh perhatian dari pemerintah. Pemakaman yang sudah berusia sekitar 60 tahun ini pun mulai padat.

Pengurus Pemakaman Sebengkok, Jamhari mengatakan sebenarnya ada penambahan lahan baru yang diwakafkan oleh seorang warga, sekitar tiga hektare. Namun sayangnya, lahan tersebut dalam sengketa. “Masih ada lahan kosong yang diwakafkan Pak Gusti Syaifuddin, tapi masih ada masalah sengketa. Kalau totalnya lahan yang lama dan baru, mungkin total luas pemakaman ini sekitar tujuh hektare,” kata Jamhari.

Pria berusia 47 tahun ini mengaku sejak 1995 silam ia mengabdi sebagai pengurus sekaligus penggali pemakaman di Sebengkok ini. “Dulu yang jaga mertua, tapi setelah meninggal saya sebagai menantunya yang menggantikan,” terangnya.

Termasuk daerah tebing, sebagian lokasi makam pun rawan longsor. Ia mengatakan sekitar tahun 2000-an silam, pernah terjadi longsor besar. Hingga merusakkan 27 makam. Kemudian disusul pada 2017 lalu, empat makam yang harus dipindahkan. “Yang dekat tebing rawan longsor. Longsor pertama sekitar tahun 2000, agak lupa juga. Itu banyak makam yang rusak, kedua 2017 longsor lagi,” jelasnya.

Hampir setiap minggu ada saja yang dimakamkan di pemakaman ini. Dari data yang ia miliki, dalam sebulan tercatat 10 lebih jenazah yang dimakamkan di Pemakaman Sebengkok ini.

Maklum pemakaman ini termasuk pemakaman umum. Termasuk warga dari Selumit pun dimakamkan di pemakaman ini. “Kadang dalam satu hari, ada saja yang meninggal. Kalau di sini bukan khusus warga Sebengkok saja, tapi umum. Yang dari Selumit kan ada pemakaman, tapi karena sudah penuh jadi ke sini. Ada dari Mamburungan, Simpang Tiga, Gunung Lingkas, Lingkas Ujung,” bebernya.

Meski mulai padat, makam yang sudah ada sejak puluhan tahun lalu tak serta merta dibongkar. Bagaimana pun, sewaktu-waktu ada anggota keluarga yang ziarah.

“Yang makam lama kami tidak bongkar, karena nanti ada keluarganya yang cari atau ziarah. Kalau masalah tarif kami tidak tentukan, tapi seikhlas keluarganya. Kami menggali, istilahnya untuk minum saja atau rokok,” tutupnya.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pembangunan Tiga PLBN di Kaltara Klir

Senin, 6 Mei 2024 | 17:40 WIB

BPPW Target 6.691 SR Air Bersih di Kaltara

Sabtu, 4 Mei 2024 | 18:15 WIB

Ada Empat Tantangan Pendidikan di Kaltara

Sabtu, 4 Mei 2024 | 15:30 WIB
X