Caleg Terpilih Juga Bisa Stres

- Senin, 6 Mei 2019 | 15:10 WIB

USIA pemilu, dipastikan akan ada fenomena caleg yang stres lantaran tidak terpilih. Menurut pengamat politik Yasser Arafat, S.H, M.H, fenomena tersebut terjadi lantaran pada saat kampanye, sejumlah caleg menggelontorkan waktu, tenaga bahkan uang. Kebanyakan terjadi pada caleg yang tidak terpilih.

“Fenomena atau hal seperti ini wajar terjadi, terutama bagi yang tidak terpilih. Jadi mereka sudah menggelontorkan segalanya, tetapi hasil yang dicapai tidak sesuai keinginan,” ungkapnya.

Ditambahkan Yasser, kebanyakan caleg yang gagal kemudian mengalami stres biasanya merupakan caleg yang memiliki tujuan. Artinya, para caleg beranggapan bahwa menjadi anggota legislatif untuk mencari penghasilan. Tak dipungkiri, ada beberapa caleg yang memotivasi diri dengan harapan bisa balik modal saat mereka terpilih.

“Sehingga saat tidak terpilih, ada ekspetasi yang tidak terpenuhi lalu menyebabkan stres. Jadi seorang caleg harusnya bisa mempersiapkan segala kemungkinan yang akan terjadi,” bebernya.

Stres juga merundung caleg yang terpilih, nilai dia. Dijelaskan Yasser, stres caleg terpilih misalnya terjadi saat mereka menjadi anggota legislatif, terkadang kaget dengan tugas dan kerja yang harus dilakukan oleh anggota legislatif. Para caleg terpilih juga perlu menyiapkan diri dengan tugas yang akan bersinggungan dengan aktivitas politik. “Mereka perlu penyesuaian diri. Jadi salah satu cara menghindari adanya caleg yang tidak terpilih kemudian menjadi stres, dengan tidak melakukan praktik money politics,” imbuhnya.

Diakui Yasser, pertarungan dalam konstestasi pemilu bisa membuat sejumlah caleg juga berpikir secara pragmatis. Hal tersebut juga muncul dari pikiran caleg, orientasi pada pemenangan. Namun saat sudah terpilih juga, para caleg dihadapkan godaan untuk tidak korupsi. “Banyak anggota DPRD yang terlibat kasus korupsi. Hal itu terjadi lantaran para caleg yang terpilih lebih cenderung hedonis dan berorientasi kekuasaan dan memperkaya diri sendiri,” tuturnya.

Untuk menghindari adanya money politics yang membuat caleg bisa stres, partai politik memiliki peran besar. Harusnya parpol bisa selektif dalam menjaring bakal calon caleg. Di sisi lain, Yasser menilai banyaknya caleg muda yang menduduki DPRD Kota Tarakan perlu mendapatkan apresiasi. Apalagi mereka semua adalah pilihan masyarakat. “Tentu baik tidaknya caleg muda ditentukan dari hasil kaderisasi partai,” urainya. (zar/lim)

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB
X