Memperingati Sekaligus Menaikkan Rasa Syukur

- Sabtu, 20 April 2019 | 11:00 WIB

TARAKAN – Perayaan Jumat Agung dalam memperingati kematian Tuhan Yesus Kristus berlangsung khidmat di Gereja Katolik Santa Maria Imakulata Kota Tarakan, Jumat (19/4) kemarin.

Sebelum memperingati Jumat Agung, ribuan umat katolik di Tarakan juga merayakan Kamis Putih pada Kamis (18/4) malam. Kamis Putih ini salah satu tradisi memperingati perjamuan malam terakhir yang dipimpin Yesus, sebelum diserahkan untuk disalibkan.

Sebelum ibadah Jumat Agung, diawali dengan menggelar tablo jalan salib, yang dilakoni orang muda katolik (OMK), pada pukul 08.00 WITA. Pastor Rekan, Simon Heru Suprianto Omi menjelaskan, tablo jalan salib ini merupakan drama yang menceritakan kisah kesengsaraan Yesus, yang pada akhirnya disalibkan.

“OMK yang ambil bagian. Sebab dari muda, mereka sudah menghayati dan mengenal injil. Tablo ini dari kisah sengsara Yesus,” terangnya kepada Radar Tarakan.

Setelah tablo, dilanjutkan ibadah Jumat Agung pertama pada pukul 12.00 WITA, dan ibadah kedua dilanjutkan pada pukul 15.00 WITA. Pelaksanaan ibadah ini dilakukan dua sesi, agar semua umat katolik dapat beribadah.

Dalam ibadah memperingati Jumat Agung atau kematian Tuhan Yesus, dilakukan tiga tata ibadah. Bagian pertama pewartaan sabda atau firman mengenai kisah sengsara Tuhan Yesus.

Bagian kedua melakukan penghormatan salib dan bagian ketiga adalah makanan rohani atau tubuh Kristus.

“Kalau ibadah dilaksanakan dua kali, yaitu jam 12 siang dan nanti ada jam 3 sore. Dibagi dua karena banyak umat, hampir empat ribu. Jadi supaya umat bisa beribadah. Kalau tidak sempat siang, bisa ikut yang sorenya,” katanya.

Pastor Simon menjelaskan, adapun makna peristiwa Jumat Agung ini merupakan bentuk kecintaan Tuhan Yesus terhadap umatnya. Dia rela mati disalibkan untuk menebus dosa manusia dengan darahnya yang suci. “Begitu besar kecintaannya terhadap manusia, sehingga menerima kesengsaraan. Begitu peduli dengan nasib manusia. Sama halnya, di dunia ini pasti ada pengorbanan,” bebernya.

Dalam memperingati Jumat Agung ini, umat katolik berbondong-bondong ke gereja mengenakan pakaian serba hitam. Pakaian serba hitam ini simbol dari suasana berkabung atau ikut merasakan penderitaan Tuhan Yesus.

Selain memperingati kematian Tuhan Yesus, umat juga menaikkan rasa syukurnya, lantaran diselamatkan melalui perngorbanan Tuhan Yesus di kayu salib. “Tapi kami juga bersyukur karena ada pengorbanan. Bukan suasana pesta tapi juga ikut merasakan penderitaan Yesus,” tutupnya.

 

MEMPERDAMAIKAN UMAT MANUSIA DAN TUHAN

Dalam khotbah ibadah gabungan Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) se Elshaddai Kota Tarakan Pdt. Yakob Ayal mengatakan bahwa dalam Roma, 5: 1-11 dijelaskan bahwa tidak ada cara lain untuk memperdamaikan manusia dengan Tuhan, kecuali lewat penebusan dosa di kayu salib.

"Untuk itu, penebusan yang dilakukan Kristus harus dijunjung tinggi umat manusia, karena itu satu-satunya kunci perdamaian," tuturnya.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Data BPS Bulungan IPM Meningkat, Kemiskinan Turun

Kamis, 28 Maret 2024 | 17:00 WIB

Ombudsman Kaltara Soroti Layanan bagi Pemudik

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:30 WIB

Harus Diakui, SAKIP Pemprov Kaltara Masih B Kurus

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Penanganan Jalan Lingkar Krayan Jadi Atensi

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Jalan Penghubung di Krayan Ditargetkan Maret Mulus

Selasa, 26 Maret 2024 | 13:50 WIB

3.123 Usulan Ditampung di RKPD Bulungan 2025

Selasa, 26 Maret 2024 | 07:00 WIB

Anggaran Rp 300 Juta Untuk Hilirisasi Nanas Krayan

Senin, 25 Maret 2024 | 18:45 WIB
X