“Kasihan Rumahku, Kami Takut”

- Kamis, 4 April 2019 | 14:57 WIB

TARAKAN - Hujan yang terjadi Rabu (3/4) dini hari membuat sejumlah titik di Bumi Paguntaka terjadinya bencana. Pasalnya, hujan dengan intensitas sedang ini membuat longsor rumah warga dengan 6 titik di antaranya terjadi di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Tarakan Barat.

Kepada Radar Tarakan, salah satu korban longsor Kelurahan Karang Anyar, Intiana mengatakan bahwa pada pukul 03.00 WITA, hujan deras dan kemudian disusul longsor yang terjadi pada pukul 03.30 WITA. Saat itu dirinya sedang tidur, namun sang suami tak dapat tidur karena harus begadang untuk melihat keadaan tanah yang berada di belakang rumah.

“Bapak (suami Intiana, Red) memang baring-baring di luar. Pas masuk, suami saya langsung berteriak memanggil saya. Terus tanah sudah masuk semua di dapur,” tuturnya.

Ketika dibangunkan suami yang diiringi dengan suara tanah yang menderu, Intiana langsung bangun dan memanggil kedua anaknya. Kemudian keluar rumah dan sempat menyimpun barang seperti kasur dan sebagainya. “Yang bisa kami selamatkan ya kami selamatkan. Kasihan rumahku, kami takut,” isaknya.

Meski begitu, Intiana bersyukur karena tak ada korban jiwa dalam kejadian longsor ini. Namun, karena posisi kamar Intiana yang berdekatan langsung dengan dapur dan kamar mandi, Intiana mengaku panik. Sebab jika kamar mandi yang lebih dulu tertimpa longsor, maka Intiana otomatis akan ditindis oleh longsoran tanah. “Untung saya selamat. Dapur kami saja yang rusak, sebelumnya belum pernah longsor,” tangisnya.

Dengan kejadian longsor yang menimpanya, Intiana berharap campur tangan pemerintah untuk membantu pihaknya dalam melakukan perbaikan rumah. Sebab jika hanya mengandalkan gaji suami, menurut Intiana tidaklah cukup yang hanyalah seorang pekerja bangunan dan memiliki penghasilan pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan makan keluarga.

Sementara itu, salah satu korban longsor RT 6 Gang Kerupuk Kelurahan Karang Harapan, Harmiyanti mengatakan bahwa rumah miliknya memang berada di sebelah aliran sungai. Sebelumnya, sungai tersebut sedikit lebih jauh dari rumah, tapi karena terjadinya hujan, maka sedikit demi sedikit sungai tersebut tergerus hingga membuat sungai semakin melebar dan mengenai teras rumahnya.

“Genangan air sungainya ke rumah sini. Jadi kalau hujan kami tidak tenang karena takut terjadi apa-apa,” bebernya.

Hujan yang sering terjadi ini meresahkan dirinya, untuk itu ia menginginkan agar pemerintah dapat menyiring sungai. Sehingga tidak membahayakan ia dan keenam anaknya yang tinggal di dalam rumah tersebut.

“Kalau bisa pemerintah cepat berikan bantuan untuk memperbaiki sungai. Dulu ditimbun pakai pasir saja, pernah juga pakai papan, tapi itu dana sendiri, tapi nggak kuat. Namanya banjir terus kan,” ujarnya.

Harmiyanti pada dasarnya berharap agar bisa pindah dari lokasi tersebut, namun karena persoalan dana, membuat Harmiyanti sabar dalam menghadapi keadaan tersebut. Bagi Harmiyanti, yang lebih penting saat ini adalah pembangunan siring sungai sehingga tidak membahayakan rumahnya.

“Biar nggak diganti rugi, yang penting ini (sungai, Red) saja dulu yang disiring biar nggak longsor lagi. Kalau rumah bisa kami perbaiki sendiri nanti,” tutupnya.

Lurah Kelurahan Karang Anyar, Indrayadi mengatakan, bahwa titik lokasi longsor yang terjadi di Karang Anyar tersebar di 7 RT dengan 10 titik, yakni RT 15, 60, 62, 68, 70, 55 dan 26. Berdasarkan hasil kunjungannya di lapangan, Indrayadi melihat bencana longsor yang cukup parah terjadi di kawasan RT 70 dan 62 yang memiliki dinding kamar, dapur dan tempat tidur yang jebol. “Kalau kondisi seperti itu ya tidak bisa ditinggalin lagi,” bebernya.

Sementara ini, pihak kelurahan hanya dapat melakukan pendataan dan laporan yang kemudian dikoordinasikan bersama instansi terkait seperti BPBD, Satpol PP dan sebagainya. Nah, karena longsor sering terjadi di kawasan Karang Anyar, Indrayadi menyatakan sejak awal telah mengingatkan warganya agar tidak membangun di sekitar kawasan rawan longsor. Namun peringatan tersebut kembali kepada individu masyarakat.

“Yang pasti dari pihak pemerintah tidak pernah mengizinkan itu terjadi, tapi mungkin karena masalah ekonomi mengharuskan masyarakat untuk membangun meski di kawasan rentan longsor,” ujarnya.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Data BPS Bulungan IPM Meningkat, Kemiskinan Turun

Kamis, 28 Maret 2024 | 17:00 WIB

Ombudsman Kaltara Soroti Layanan bagi Pemudik

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:30 WIB

Harus Diakui, SAKIP Pemprov Kaltara Masih B Kurus

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Penanganan Jalan Lingkar Krayan Jadi Atensi

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Jalan Penghubung di Krayan Ditargetkan Maret Mulus

Selasa, 26 Maret 2024 | 13:50 WIB

3.123 Usulan Ditampung di RKPD Bulungan 2025

Selasa, 26 Maret 2024 | 07:00 WIB

Anggaran Rp 300 Juta Untuk Hilirisasi Nanas Krayan

Senin, 25 Maret 2024 | 18:45 WIB
X