Tidak Ada Lagi Karhutla, Pasca Turun Hujan

- Jumat, 15 Maret 2019 | 15:22 WIB

TARAKAN – Turunnya hujan beberapa hari ini ikut andil dalam mengatasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di Bumi Paguntaka. Terhitung dari tanggal 8 Maret, Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran (Satpol PP dan PMK) Tarakan sudah tidak lagi menerima laporan karhutla.

Analis Kebakaran Satpol PP dan PMK Tarakan Retno Hendriyanto mengatakan, laporan terakhir karhutla terjadi pada 7 Maret. Setelah itu pihaknya tidak mendapatkan laporan lagi. “Alhamdulillah saat ini sudah aman terkendali, berkat adanya hujan yang turun di Tarakan,” tuturnya, Kamis (14/3).

Dirinya menjelaskan kondisi hutan dan lahan yang basah meredam karhutla yang disebabkan faktor alam dan faktor manusia itu. “Upaya membuka lahan oleh oknum warga dikondisi saat ini tidak memungkinkan, karena kondisinya yang basah,” ujarnya.

Tercatat dari awal Januari hingga 7 Maret tahun ini, ada 28 kejadian karhutla di Bumi Paguntaka yang disebabkan faktor alam dan faktor manusia. Ditambah kondisi Tarakan yang kering dikarenakan tidak turun hujan selama tiga bulan tersebut, membuat lahan mudah terbakar. “Untuk faktor alam, disebabkan adanya pemicu munculnya api, seperti di STIE yang pemicunya adanya batu bara. Sementara faktor manusia, disebabkan adanya upaya oknum warga yang membuka lahan baru untuk berkebun dengan cara membakar hutan dan lahan,” ujarnya.

Dari 28 kejadian karhutla, mayoritas disebabkan faktor manusia, di mana upaya membuka lahan baru untuk berkebun menjadi penyebab oknum warga membakar hutan dan lahan. “Karhutla terbanyak terjadi di Kecamatan Tarakan Utara yakni 13 kejadian, sementara Kecamatan Tarakan Timur 6 kejadian, Kecamatan Tarakan Barat 3 kejadian dan Kecamatan Tarakan Tengah 6 kejadian,” ujarnya.

Terkait kendala yang dihadapi dalam upaya melakukan pemadaman karhutla tidak lain jaraknya yang jauh dan sulitnya akses menuju ke lokasi karhutla. Seperti yang terjadi di belakang STIE, baru di hari ketiga pihaknya mendapatkan akses masuk ke lokasi untuk melakukan pemadaman api yang sudah mulai mendekati rumah warga.

“Karhutla di Binalatung juga kami mengalami kesulitan akses sehingga kami tidak menuju ke sana. Namun api akhirnya padam dengan sendirinya,” ujarnya.

Sebelumnya Prakirawan Cuaca Badan Metrologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tarakan Wiliam Sinaga mengatakan, hujan yang menguyur kota Tarakan beberapa hari ini menandakan kemarau panjang telah berakhir.

“Hujan yang mengguyur Kota Tarakan dalam kategori ringan atau sedang. Itu melihat pembentukan awan hujan yang diprediksi disusul hujan dalam beberapa hari ke depan,” tuturnya.

Dengan turunnya hujan juga mengeliminasi hotspot yang terlihat di beberapa wilayah satu minggu lalu. "Dari pantauan saat ini untuk wilayah Kaltara sudah tidak ada untuk potensinya juga kecil karena hotspot itu muncul ketika wilayah itu kering seperti minggu yang lalu jadi potensi," ujarnya. (jnr/lim)

 

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ini Dia Delapan Aksi Konvergensi Tekan Stunting

Kamis, 25 April 2024 | 12:30 WIB

Dewan Negara Malaysia Kagum Perkembangan Krayan

Kamis, 25 April 2024 | 09:30 WIB

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB
X