MALINAU – Setelah resmi adanya pelantikan Direktur Rumah Sakit Pratama beberapa waktu lalu, Kepala DKPPKB Malinau dr. John Felix Rundupadang berharap bisa penuhi kebutuhan secara perlahan dan bisa melaksanakan pelayanan dengan lebih baik.
“Ya, kita berharap Rumah Sakit Pratama bisa terus berkembang meski secara perlahan karena masih banyak kekurangan. Sejak Agustus 2017 saat kunjungan ibu mentri pembiayaan Sudah Diambil Alih Pemda Malinau, hanya ada sedikit bantuan dari Kaltim namun sesudah kita operasionalkan sudah didukung APBD Malinau. Selain itu kita dapat alokasi khusus tahun ini, dan sekali kita dapat kita bisa mendapat secara terus menerus sesuai harapan kami,” ujarnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, bahwa setelah teregistrasi tahun sebelumnya dan di tahun 2019 sudah bisa mendapatkan bantuan dana, dan akan terus berbenah demi kelengkapanya. Saat ini yang sudah cukup dioptimalkan adalah unit gawat darurat dan poli. Namun operasi radiologi belum bisa maksimal karena perlu pembenahan khusus. “Kita juga dibantu pemerintah desa untuk penerangan taman atau di luar rumah sakit dengan solar cell,” jelasnya.
Sedangkan untuk tenaga kesehatan masih perlu ditambahkan, karena jika sudah efektif perlu tenaga untuk memenuhi 3 shif. “Saat ini semua sekitar 57 tenaga kesehatan dan dokter yang semua tenaga Malinau namun tetap masih kurang,” keluhnya sembari tetap memaksimalkan tenaga yang ada saat ini.
Selain itu, untuk pengoperasian rumah sakit tersebut, John juga menjelaskan bahwa dalam satu tahun kebutuhan yang diperlukan sekitar Rp 5 miliar sedangkan saat ini masih sekitar Rp 3,5 miliar yang disiapkan. “Untuk membayar tenaga kontrak khusus hampir 2 miliar pertahun. Itu biaya tenaga saja belum biaya operasional sehingga Rp 4-5 miliar pertahun. Saat ini sudah Rp 3 miliar ditambah dari dana alokasi khusus Rp 500 juta yang dianggarkan. Sedangkan untuk kekurangan kita bersyukur nanti bisa dari dana perubahan,” ucapnya.
“Pemasukan dari RS Pratama disetarakan puskesma, untuk klaim kalau kelas D hanya di pelayanan IGD, dan rawat inap, itupun hanya tertentu. Jadi pemasukan atau pendapatan RS sangat minim dan belum bisa membantu,” pungkasnya. (ewy/udn)