Kelompok Abu Sayyaf Minta Tebusan

- Selasa, 26 Februari 2019 | 01:02 WIB

TARAKAN – Latihan gabungan Angkatan Laut (AL) Indonesia, Malaysia dan Filipina yang telah dimulai sejak dua tahun lalu salah satunya untuk menumpas kejahatan kelompok Abu Sayyaf. Saat ini, dua nelayan Indonesia asal Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra). Hariadin dan Heri Ardiansyah sudah sekitar 2,5 bulan berada di tangan penculik dari kelompok Abu Sayyaf.

Komandan Pangkalan Utama TNI AL (Danlantamal) XIII Laksamana Pertama TNI Judijanto, M.Si, M.A, mengatakan, mengamankan aset yang ada di Indonesia, Malaysia dan Filipina perlu dituangkan dalam kerja sama tiga negara. Saat ini dua warga negara Indonesia (WNI) yang disandera masih berada di Filipina. “Kelompok itu meminta tebusan, kami saat ini masih menunggu kebijakan dari pemerintah yakni Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), dan akan mengikuti instruksi,” katanya.

“Karena kebijakan dari atas sehingga akan kami lakukan sedini mungkin,” tuturnya.

Tetapi Lantamal XIII yang berada di lapangan setiap saat melakukan apa saja yang harus dilakukan secara terukur. Saat ini belum ada keputusan, kelompok Abu Sayyaf sedang meminta tebusan. Jadi TNI AL masih melakukan langkah-langkah awal, dengan bernegosiasi bagaimana yang terbaik. Diakuinya, TNI AL siap setiap saat dengan apa yang sudah diinstruksikan.

“Untuk skenario pembebasan masih menunggu kebijakan dari pimpinan. Karena pimpinan sudah memahami apa yang harus dilakukan secara terukur. Kami akan dahulukan hal yang terbaik dengan negosiasi dan diplomasi,” jelasnya.

Indonesia, Filipina dan Malaysia juga melakukan bagian latihan menanggulangi perompakan, kegiatan penyelundupan, kemudian kegiatan ilegal lainnya. Tanpa adanya koordinasi kerja sama yang baik maka tidak akan mampu melakukan hal ini. Kapal-kapal yang berpotensi dirompak, yakni kapal yang melintas dari arah utara maupun sebaliknya.

“Latihan juga setiap tahunnya ada peningkatan seperti kemampuan alat komunikasi, personel, standar operasional prosedur dengan alat-alat yang baru yang lebih canggih. Sehingga lebih mudah berkoordinasi, baik itu intelejen, maupun konteks operasi,” tuturnya.

Sementara itu, Komandan BRP General Mariano Alvares (PS-38), Barcelon mengatakan, saat ini kelompok Abu Sayyaf masih eksis di Filipina. Tetapi kekuatannya sudah cukup melemah. “Kekuatan mereka sudah mulai melemah, hanya saja masih eksis sampai saat ini,” katanya.

Sementara itu juru bicara Kemenlu, Arrmanatha Nasir mengatakan Kemenlu sudah berkomunikasi dengan keluarga korban penyergapan sejak awal. Pihaknya terus memantau dan berkoordinasi dengan berbagai pihak di Filipina dan Malaysia untuk mengupayakan pembebasan. Seperti dengan penyanderaan sebelumnya yang sekarang sudah bebas, bahkan ada video yang dikeluarkan oleh penyandera.

“Kami masih terus berkoordinasi utnuk mengupayakan pembebasan terhadap sandera,” imbuhnya. (*/naa/lim)

 

KEKEJAMAN KELOMPOK ABU SAYYAF

 

DESEMBER 1994

Mengebom pesawat Philippines Airlines jurusan Manila-Tokyo dan menewaskan seorang penumpang.

Halaman:

Editor: kalpos123-Azward Kaltara

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X