Maknai Cap Go Meh Dilimpahi Berkat

- Rabu, 20 Februari 2019 | 11:29 WIB

TARAKAN – Puncak perayaan Tahun Baru Imlek 2570 alias Cap Go Meh, umat Kong Hu Cu di Tarakan berbondong-bondong ke Kelenteng Kong Hu Cu Toa Pek Kong untuk sembahyang sebagai bentuk ucapan syukur, Selasa (19/2).

Penjaga Kelenteng Kong Hu Cu Toa Pek Kong, Suwarno (74) menerangkan Cap Go Meh merupakan hari kelima belas Imlek, yang selalu dirayakan tepat dengan bulan purnama. Cap Go Meh ini sebagai puncak bahagia dalam perayaan Tahun Baru Imlek.

Umat berdatangan ke kelenteng sejak pukul 06.00 WITA, dengan membawa buah-buahan, sayuran, daging yang sudah dimasak, aneka kue dan makanan lainnya. Yang merupakan tradisi dan sebagai bentuk ucapan syukur telah dilimpahi selama satu tahun.

Dengan harapan, di tahun berikutnya keluarga tetap dilindungi dan dilimpahi berkat. Biasanya sekitar 200 umat yang datang sembahyang. Umat silih berganti datang sembahyang, hingga pukul 22.00 WITA.

“Mulai penyambutan Tahun Baru, sembahyang bawa makanan  dari hasil pertanian, ucapan syukur supaya tahun depan seperti ini lagi (dilimpahi),” jelasnya.

Dalam momen Cap Go Meh ini juga dimaknai kebahagiaan dalam rumah tangga. Suami dan istri selalu harmonis, sejahtera dengan anak-anak yang bahagia. Kemudian yang masih lajang, agar diberi pasangan hidup di tahun yang baru.

Cap Go Meh puncaknya bahagia, berkumpul bersama keluarga lagi. Kemudian berpisah untuk beraktivitas,” katanya.

Lilin pun dinyalakan sebagai simbol penerangan, kesehatan dan rezeki yang selalu dimudahkan. Lilin-lilin dinyalakan setiap pagi, dan dipadamkan saat malam hari. “Setiap pagi dinyalakan, nanti setelah pukul 10 malam, dipadamkan,” lanjutnya.

Nah, dalam Cap Go Meh ini tak ada perayaan khusus, atau festival yang diadakan di Tarakan. Paling tidak pertunjukan barongsai. “Biasanya hanya atraksi barongsai, kalau ada yang undang main barongsai,” katanya.

Salah satu umat, yang datang sembahyang di Kelenteng Kong Hu Cu Toa Pek Kong, Linda (40) mengatakan Cap Go Meh ini sebagai ucapan syukur dalam menyambut Tahun Baru. Yang dimaknai dengan sembahyang di kelenteng, mengucap syukur atas rezeki yang diberikan dalam sepanjang tahun lalu. “Kita berharap di tahun depan, lebih baik lagi, diberi rezeki, kesehatan dan lain-lain. Pastinya kita inginkan terjadi yang baik-baik,” harapnya.

Nah, ternyata dalam perayaan Cap Go Meh, sesuai dengan masing-masing tradisi. Sebab Tionghoa beragam suku, seperti Hakka, Tiociu, Konghu, Hokchia, Kantonis dan lain sebagainya.

Untuk keluarganya sendiri, biasanya berkumpul dan makan bersama. Adapun yang dihidangkan setiap tahunnya adalah lontong dan mi. Dengan makna diberikan umur yang panjang. “Biasanya hanya makan bersama. Nah, kalau Ching Bing itu beda lagi. Itu sembahyang mengenang leluhur, biasanya bulan empat,” terangnya. (*/one/lim)

 

 

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB
X