MALINAU – Bupati Malinau Dr. Yansen TP, M.Si menyambut baik perayaan Natal yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga adat. Termasuk perayaan Natal yang diselenggarakan oleh Lembaga Adat Dayak Kenya (LADK) Kabupaten Malinau, Sabtu malam (9/2) lalu. Sebab, selain melaksanakan ibadah, LADK juga melestarikan dan mengembangkan kapasitas budaya.
Setibanya Bupati dan beserta istri di lokasi acara, Bupati disambut dengan dikalungi kalung dan dipasangkan topi khas Dayak Kenya. Selanjutnya memasuki ruang gedung Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) Jemaat Tanjung Keranjang yang merupakan tempat dilaksanakannya ibadah Natal, Bupati diiringi dua orang penari dengan berpakaian adat lengkap dan diiringi musik tradisional khas Dayak, yaitu Sampe.
Sebelum penyampaian sambutan-sambutan, juga ditampilkan tarian yang memukau Bupati beserta rombongan yang hadir. Yang membuat Bupati sangat mengapresiasi tarian, karena tarian yang ditampilkan dengan diiringi musik asli dari alat musik tradisional.
“Saya menyambut baik dilaksanakannya Natal ini karena sebagai salah satu bentuk dari upaya pembinaan kepada warga, khususnya Dayak Kenya dan sebagai upaya kita memperkuat keberadaan Dayak Kenya sebagai kesatuan dari Kabupaten Malinau,” ujar Bupati mengawali sambutan.
Hal itu wajar Bupati sampaikan, karena lembaga adat yang melaksanakan acara, tentu menampilkan ciri khas budaya. Semua warga Dayak Kenya yang tergabung dalam LADK menggunakan pakaian adat dan dekorasi pun juga menampilkan keunikan dan kekhasan Dayak Kenya.
“Sebagaimana yang selalu saya sampaikan bahwa budaya adalah kekuatan. Oleh sebab itu, tema kita adalah Budaya Membangun Bangsa. Apa artinya, bahwa hakikatnya budaya itu bertumbuh berkembang sejak keberadaan komunitas masyarakat itu sendiri. Sehingga secara turun temurun itu menjadi nilai hidup kita. Sekali lagi saya katakan nilai hidup kita. Oleh sebab itulah saya berharap lembaga adat ini betul-betul hadir sebagai presentasi kita menjaga budaya yang kita miliki,” katanya.
Sebagai salah satu tokoh Dayak, dirinya selalu mengatakan dan menegaskan bahwa warga Dayak tidak perlu meminta pengakuan dari siapapun. “Kita tidak perlu minta pengakuan kepada siapa-siapa. Artinya, sepanjang kita memiliki budaya, sepanjang kita memiliki hakikat nilai-nilai hidup kita sebagai satu kesatuan masyarakat, sepanjang itulah kita hadir bersamaan dengan warga bangsa lainnya,” tegasnya.
Sebab itulah, salah satu yang selalu dirinya selalu tekankan kepada warga Dayak sebagai bagian dari bangsa Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Untuk itu, besar harapannya kebersamaan masyarakat Dayak dengan etnis lainnya di Indonesia tetap kekal sampai kapanpun dengan menghargai perbedaan-perbedaan yang ada.
“Kekal tentunya harapan kita. Sejak kita menyatakan deklarasi sebagai satu bangsa dengan filosofi Bhinneka Tunggal Ika, dengan arti kita menghargai perbedaan-perbedaan itu. Salah satu yang membedakan antara satu dengan yang lain Warga Negara Indonesia (WNI) itu adalah Dayak. Di dalamnya ada Dayak Kenya, dan ada Dayak-Dayak lainnya,” ungkapnya seraya mengajak terus menjaga harmonisasi di Kabupaten Malinau sebagaimana telah dideklarasikan hidup harmonis pada 27 Oktober 2018 lalu. (ags/fly)