Nakhoda Kapal Waspadai Gelombang Tinggi

- Rabu, 13 Februari 2019 | 10:57 WIB

TARAKAN – Adanya peringatan dini gelombang tinggi Nomor: ME.301/419/MND/II/2019 yang berlaku tanggal 13 Februari hingga 14 Februari yang dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), membuat Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Tarakan memberi imbauan kepada nakhoda kapal yang akan berlayar di perairan Kalimantan Utara (Kaltara) maupun ke luar perairan Kaltara.

Kepala Seksi Keselamatan Berlayar, Penjagaan dan Patroli pada KSOP Kelas III Tarakan Syaharuddin mengatakan, adanya peringatan dini gelombang tinggi yang dikeluarkan BMKG, membuat pihaknya memberikan imbauan kepada nakhoda kapal yang akan berlayar.

“Kami sudah memberikan imbauan terkait hal ini kepada nakhoda kapal yang akan berlayar ke luar Kaltara untuk tetap waspada, terutama untuk pelayaran ke perairan Sulawesi, Toli-Toli, Berau dan Samarinda,” tuturnya. Selasa (12/2).

BMKG memberikan peringatan akan gelombang tinggi dengan 1,25 meter hingga 2,5 meter untuk perairan Kaltara, laut Sulewesi bagian barat, perairan utara Sulawesi, perairan Manado, perarian selatan Sulut dan laut Maluku bagian selatan, sementara untuk gelombang tinggi 2,5 meter hingga 4 meter berpeluang terjadi di laut Sulawesi bagian tengah, laut Sulawesi bagian timur, perairan timur Bitung, perairan Kabupaten Sangihe, perairan Kabupaten Talaud dan laut Maluku bagian utara.

“Selain waspada, kami mengimbau kepada nakhoda kapal untuk tidak terlalu jauh menarik garis haluan dari bibir pantai, artinya bila ada kondisi cuaca tiba-tiba menjadi buruk, nakhoda kapal bisa mencari tempat berlindungan yang aman tidak jauh dari bibir pantai,” tuturnya.

Dirinya juga mempercayakan kemampuan nakhoda kapal dalam mengatasi kondisi ketika cuaca tiba-tiba menjadi buruk, karena dirinya menilai masing-masing nakhoda kapal sudah memperhitungkan kemampuan kapalnya ketika  akan mengarungi lautan.

“Selain paham kondisi kapalnya, saya rasa nakhoda kapal juga sudah mengetahui dan paham langkah-langkah apa saja yang perlu diambil ketika kondisi cuaca menjadi buruk, kami juga mengharapkan komunikasi antara kapal maupun stasiun radio pantai terdekat dilakukan nakhoda kapal untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan,” ujarnya.

Sementara untuk speedboat reguler, pihaknya juga sudah memberikan imbauan setiap akan berangkat untuk berhati-hati dan waspada terhadap kondisi cuaca yang bisa sewaktu-waktu berubah. “Kami juga punya WhatsApp grup, di sana saya selalu memberikan imbauan dan memberikan informasi terkait perkembangan kondisi cuaca di perairan Kaltara yang bisa menjadi acuan mereka untuk tetap berhati-hati ketika akan berlayar,” tuturnya.

Sejauh ini untuk pelayaran speedboat reguler di Kaltara sejauh ini dirinya anggap masih relatif aman, hal tersebut dibuktikan tidak adanya penundaan keberangakatan sejauh ini.

“Meski begitu kita selalu memberikan imbauan  kepada nakhoda kapal untuk memperhatikan kemampuan kapalnya agar laik berlayar, memastikan penuimpang seluruh menggunakan life jacket, menyusun barang dengan rapi agar ketika terjadi goncangan barang tersebut tidak goyang yang dapat memengaruhi stabilitas kapal, serta selalu berkoordinasi terkait kondisi cuaca selama pelayaran,” ujarnya.

 

Sebelumnya, Prakirawan Cuaca BMKG Tarakan Raa’ina Farah Nur Annisa, S.Tr, mengatakan bahwa pada dasarnya proses terjadinya gelombang dipengaruhi oleh angin. Sebab semakin kencangnya angin, maka tinggi gelombang akan semakin tinggi. “Jadi kalau misalkan ada awan CB (kumulonimbus) yang konvektif biasa ada petir dan kilat, itu juga kadang memengaruhi ketinggian gelombang meskipun dalam waktu singkat,” bebernya.

Awan CB juga mengakibatkan angin yang berada tepat di bawah awan CB menjadi kencang, sehingga jika terjadi di perairan, maka akan terjadi perubahan kenaikan gelombang secara tiba-tiba dalam waktu tersebut. “Kalau gelombang tinggi yang diakibatkan awan CB itu biasanya terjadi lokal, tapi kalau ini dari kondisi atmosfer, karena anginnya dari timur laut,” jelasnya.

Pada kawasan tengah Kalimantan sedang memiliki sirkulasi eddy atau vortex yang biasanya bertekanan rendah. Secara spesifik, angin merupakan udara yang gerak dari tekanan tinggi ke rendah. Untuk itu, di tengah Kalimantan terjadi perputaran rendah, sehingga hal tersebut memicu terjadinya gangguan atmosfer di daerah Kalimantan sehingga menyebabkan angin di Kaltara menjadi kencang. “Karena angin kencang itulah, maka ketinggian gelombang pun bertambah. Jadi faktor ketinggian gelombang saat ini disebabkan angin,” ucapnya.

Raa’ina mengimbau agar setiap nelayan dapat bersikap waspada dan menggunakan perahu nelayan yang berada di atas 1,5 meter, sedang kapal tongkang harus berada di atas 1,5 meter. “Untuk saat ini diimbau buat nelayan dan kapal-kapal tongkang, berhati-hati saja. Ini bukan hanya disebabkan kondisi lokal saja, tapi juga secara umum. Sampai 3 hari ke depan, angin masih kencang yang menyebabkan tinggi gelombang, utamakan keselamatan,” pungkasnya. (jnr/lim)

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB
X