Terpilih karena Juara Olimpiade Bahasa Inggris Tingkat Nasional

- Sabtu, 9 Februari 2019 | 11:52 WIB

Kesempatan tak datang dua kali. Fx Hasto Budi Santoso tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dia masuk dalam 1.000 guru yang akan diklat ke luar negeri, yang diselenggarakan oleh  Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang akan dilaksanakan di beberapa Negara seperti Jepang, Australia, China, Jerman, Malaysia, Filiphina, New zealand dan lainnya.

YUSTINA LUMBAA

Fx Hasto Budi Santoso, merupakan seorang guru bahasa Inggris di SMPN 2 Tarakan, yang telah mengabdikan dirinya sebagai seorang tenaga pendidik selama 22 tahun sejak tahun 1997. Memiliki berbagai pengalaman dalam mengajar, Hasto sering mengikuti pelatihan dan juga berbagai lomba. Sebagai juara 2 olimpiade bahasa Inggris, tingkat nasional yang berlangsung di Lombok, Hasto berpeluang peluang mengikuti pelatihan di Australia bersama guru lainnya.

Olimpiade Bahasa Inggris yang diikutinya, di awali dengan seleksi tingkat kota, kemudian tingkat provinsi dan nasional. Mewakili Kalimantan Utara (Kaltara), Hasto dapat meraih juara dua dan dijanjikan akan mengikuti pelatihan di luar negeri yakni Australia. Berbagai persiapan telah dilakukannya, termasuk berkaitan dengan keimigrasian.

Diceritakannya, sesampai di Australia nanti, yang akan dipelajari dalam pelatihan yakni stem dan hots, yang merupakan konsep pembelajaran berbasiskan engineering, matematika, dan teknologi sains. Di dalamnya ada proses berpikir tingkat tinggi. Sebelumnya, setiap guru akan dibekali dengan tata karma, cara berbahasa di negara tujuan dan pengetahuan dasar yang akan dipelajari di sana.

“Karena banyak negara yang dituju, dan pastinya setiap tata karma dan bahasanya berbeda. Jadi harus mendapat pembekalan dulu agar tidak mempermalukan nama Indonesia di mata Negara lainnya,” jelasnya.

Usai pelatihan dan pulang kembali ke tempat asal, setiap guru yang telah mengikuti pelatihan, akan dilibatkan dalam pelatihan-pelatihan sebagai instruktur dengan sistem kontrak. Kemudian untuk di Tarakan, tentunya akan melakukan desiminasi kepada rekan-rekan yang ada di sekolah tempatnya mengajar.

Dan jika musyawarah kepala sekolah ingin memfasilitasi, maka Hasto bisa mempresentasikan di level kota. Menjadi instruktur sendiri yakni melibatkan diri dalam pelatihan di tingkat nasional, untuk melatih rekan-rekan guru lainnya.  “Jadi ada tanggung jawab, sepulang dari sana harus mau menjadi instruktur,” ungkapnya.

Diakuinya, Hasto juga pernah mengikuti pelatihan serupa di Amerika tetapi dalam program yang berbeda di tahun 2001. Karena di tahun itu, Indonesia mencoba untuk belajar tentang contekstual teaching and learning (CTL). CTL ini merupakan dasar untuk menyusun kurikulum yang berbasis kontekstual. Sehingga Hasto sebagai salah satu guru juga ikut pergi ke Amerika, kemudian belajar di sana.

Setelah pulang, menjadi instruktur dalam pelatihan-pelatihan di Medan, Surabaya, dan Denpasar. Hingga tahun 2005 kurikulum masih kurikulum berbasis kompetensi (KBK), yang didasari dari hasil pelatihan di Amerika. Setelah itu berubah kenjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), dan saat ini sudah menjadi kurikulum 2013 (K13).

“Kami di Amerika kemarin lebih lama lagi, 1 bulan persiapan, 1 bulan di Amerika dan 1 bulan lagi pertemuan kembali di Malang,” bebernya.

Terpilihnya Hasto ke Amerika, juga melalui serangkaian tes. Diawali dengan tes kompetensi guru dan mendapatkan nilai yang bagus. Setelah itu melakukan berbagai tes lainnya dan memiliki nilai tertinggi dari setiap peserta tes sehingga terpilih ke Amerika.

“Setiap ada peluang, saja coba untuk mengambilnya. Dan dengan begitu saya bisa mengikuti berbagai pelatihan dan bisa untuk menerapkannya kepada setiap rekan guru dan juga murid-murid saya,” pungkasnya. (*/naa/nri)

 

 

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Eks Ketua KPU Kaltara Bulat Maju Pilkada Bulungan

Jumat, 12 April 2024 | 11:00 WIB

Bupati Bulungan Ingatkan Keselamatan Penumpang

Kamis, 11 April 2024 | 16:33 WIB
X