Usulan Menambah Desa Wisata

- Sabtu, 9 Februari 2019 | 11:04 WIB

MALINAU – Kabupaten Malinau, selain terdiri dari banyak suku dan budaya juga banyak mempunyai potensi wisata, setelah mengusulkan beberapa desa untuk dijadikan desa wisata, Pemerintah Daerah Kabupaten Malinau akan mengusulkan lagi untuk menambahnya.

Salah satunya Desa Long Loreh Kecamatan Malinau Selatan yang dipandang layak menjadi desa wisata. Karena potensi wisata Desa Long Loreh layak untuk dikembangkan. Sebab, Desa Long Loreh memiliki keindahan alam dan kebudayaan yang kental.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Malinau, Ajang Kahang menjelaskan, di Desa Long Loreh terdapat wisata alam seperti air terjun dan dari sisi kebudayaan masih terbilang kental. Sehingga patut dikembangkan dan dipromosikan menjadi desa wisata.

Ia menyadari, pembentukan desa wisata tidak langsung bisa ditetapkan, namun harus memiliki manageman pengelolaan wisata di desa tersebut.Untuk itu dirinya akan memberikan pendampingan. “Paling tidak kita akan memberikan pendampingan tentang desa wisata itu seperti apa, sehingga masyarakat mampu dan ingin menggerakan desanya menjadi satu wisata,” jelasnya.

Dijelaskannya, untuk menjadi desa wisata yang terpenting bagaimana masyarakat di desa tersebut betul-betul membangun dan menggali potensi-potensi yang akan ditampilkan. Sehingga bisa memberikan daya tarik bagi pengunjung. “Intinya harus semangat membangun desa, tapi saya melihat semangat mereka memang sudah ada. Sehingga tinggal bagaimana memberikan pendampingan agar bisa memahami pengelolaan desa wisata. Seperti masyarakat harus menyediakan sarana dan fasilitas yang baik sehingga bisa membuat para pengunjung nyaman, misalnya menyediakan spot-spot wisata dan wisata kuliner,” bebernya.

Selain itu Ajang Kahang juga tidak hanya fokus pada desa wisata melainkan bagaimana menginventarisasi budaya itu sendiri. “Kita tidak hanya fokus pada kepariwisataan, tetapi fokus juga ke warisan budaya lokal di Kabupaten Malinau. Karena, kami berupaya menyusun pokok pikiran kebudayan di Malinau. Tahun lalu kita sudah menyusunnya dari 11 etnis suku di Malinau namun belum lengkap. Karena 11 sub suku itu akan diperbaharui lagi, masih ada data-data belum terakomodir. Kita hanya diberikan waktu dua bulan, jadi pengerjaanya belum maksimal. Terlebih masih banyak item-item yang harus dipenuhi,” tambahnya.

Salah satu yang menjadi fokus utama yakni ukiran lukisan yang mesti dilestarikan ke generasi muda. Ukiran Dayak misalnya tidak sembarang, tapi ukiran itu memiliki makna dan saat ini banyak belum memahaminya. “Jadi, ukiran dayak itu bermacam-macam, ada yang khusus untuk kuburan, perisai dan rumah-rumah,” jelasnya.

Ia mengatakan, generasi muda saat ini hanya membuat tato ukiran Dayak ditubuhnya, namun belum memahami arti ukiran tato itu. Jadi perlu diinventarisasi, selain itu pihaknya menginventarisasi setiap sub bahasa di Malinau seperti di wilayah pedalaman dan perbatasan.

“Karena sub bahasa di Malinau sangat banyak salah satunya suku Dayak Kenyah yang memiliki belasan sub bahasa. Begitupula suku Dayak Kayan dan suku Dayak Lundayeh. Semua itu akan dicoba dikumpulkan data-datanya. Lalu didokumentasikan melalui audio visual supaya bisa tersimpan dan menjadi dokumen negara,” pungkasnya. (ewy/udn)

 

 

.

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ini Dia Delapan Aksi Konvergensi Tekan Stunting

Kamis, 25 April 2024 | 12:30 WIB

Dewan Negara Malaysia Kagum Perkembangan Krayan

Kamis, 25 April 2024 | 09:30 WIB

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB
X