Minim Pengajar , Full Day Belum Diterapkan

- Sabtu, 9 Februari 2019 | 10:56 WIB

TARAKAN - Meski Kementrian Pendidikan telah mengeluarkan maklumat agar full days school dapat dilaksanakan, namun intruksi tersebut sulit berjalan untuk sebagian kecil daerah. Salah satu daerah yang belum dapat menerapkan Full Days School adalah Kota Tarakan.

Saat dikonfirmasi, PLT Kepala Bidang Pendidikan Dasar dan Sekolah Menengah Pertama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Tarakan Wiranto mengungkapkan, saat ini kondisi sebagian besar sekolah di Kota Tarakan belum mendukung hal itu. Sehingga belum dapat diterapkan.

"Sesuai dengan harapan Pak Mentri semua sekolah kan Full Days School. Kami sudah sampaikan ke sekolah-sekolah lewat rapat, namun semua sekolah di Tarakan belum siap. Kenapa belum siap, karena masih kurangnya tenaga pengajar dan minimnya fasilitas ruang belajar semua sekolah di Tarakan," bebernya Kemarin, (8/2).

Ia menerangkan, saat ini kondisi tenaga pengajar di Kota Tarakan masih minim. Hal tersebut terlihat dari banyaknya sekolah yang menerapkan sistem double shift pada tenaga pangajar. Selain itu, jumlah ruangan pada sekolah juga dinilai belum siap dalam menampung semua murid yang belajar di waktu bersamaan.

"Bahkan sampai ada yang bekerja dalam 3 shift. Selain itu, masalah sarana dan prasarana di Kota Tarakan sebagian besar belum siap," tuturnya.

Dikatakannya, tahun ini beberapa sekolah menengah pertama (SMP) di Tarakan telah menyatakan kesiapan untuk menjalankan program tersebut. Namun, belum adanya paparan dari laporan kesiapan tersebut, membuat Disdikbud belum bisa menindaklanjutinya.

"Memang ada beberapa SMP yang sudah siap tahun ajaran baru ini, tapi kami Disdikbud butuh analisis terhadap laporan kesiapannya dulu. Tidak langsung menyatakan siap saja. Karena paling tidak dalam menjalankan ini harus punya persiapan matang termasuk konsumsi dan insentif  biaya mengajar guru,"

Menurut Wiranto kesiapan tidak hanya dibuktikan melalui pernyataan melainkan kesiapan tersebut harus disertakan analisis konkret untuk mengalisa kelayakannya.

"Laporan kegiatannya juga jelas. Minimal sekolah yang siap harus memberikan paparan kepada kami supaya kami bisa menilai persiapannya sejauh apa. Karena full days school ini bukan hanya masalah penambahan jam pelajaran tapi bagaimana kita melihat keefektifitasan dengan fasilitas yang ada," ujarnya.

Ia menerangkan, pada awal tahun ini 3 SMP Negeri menyatakan siap menjalankan program kementrian tersebut. Akan tetapi, 3 sekolah tersebut masih harus menyelesaikan pengkajian laporan kesiapan sekolahnya.

"Sejauh ini ada 3 sekolah. SMP 1,2 dan 3 yang sekarang ini 3 sekolah ini masih mengkaji kesiapannya. Kalau Sekolah Dasar belum ada karena mungkin masalah kesiapan juga,"

Ia menerangkan, saat ini Disdikbud belum dapat berbuat banyak untuk mendorong sekolah mempersiapkan Sarana dan prasarana hal tersebut dikarenakan terbatasnya anggaran yang ada. Selain itu, masalah adaptasi siswa juga memerlukan proses panjang. Sehingga menurutnya perlu adanya sosialisasi dan survei dahulu untuk melihat kesiapan siswa dan orangtua siswa.

"Masalahnya untuk melengkapi Sarana dan Prasana harus memerlukan suntikan besar. Mungkin negeri bisa tapi bagaimana dengan sekolah swasta. Selain itu kita harus survey dulu bagaimana nanti dengan kondisi siswa apakah mereka bisa beradaptasi," pungkasnya. (*/zac/nri)

 

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB
X