DI era milenial ini, lagi happy-nya sajian rice bowl bagi pecinta kuliner yang enggan keluar mencari makanan. Atau yang lebih sering dikenal dengan istilah mager alias malas gerak.
Sajian rice bowl nampaknya sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia, tak terkecualikan warga Kota Tarakan. Tidak hanya tertuju untuk perkantoran atau instansi-instansi. Melainkan juga orang rumahan yang libur masak.
Tren masakan yang dikemas di dalam paper bowl berisikan nasi, potongan daging dan menu pelengkap lainnya, dianggap lebih praktis. Meski terbilang rice bowl, tetapi tetap menjaga unsur yang sehat.
Owner Forest Cafe, Virena Ficka Yuri Anita, mengaku salah satu menu favoritnya adalah sajian cumi. Teksturnya yang kenyal dan rasa gurih, salah satu menu laut yang disukai pecinta seafood.
Selain irisan cumi, ada juga suwiran ikan tuna. Nah, ikan tuna ini terkenal dengan sumber protein, mineral dan kaya akan vitamin. Juga dilengkapi rebusan telur yang dimasak pindang, serundeng dan irisan mentimun. Nutrisi dan gizi tentu dapat diperoleh dalam hidangan rice bowl ini.
“Dan banyak yang suka cumi hitam. Menu lainnya ada juga, kalau untuk utamanya, ada cumi hitam, cabi tuna, cumi asin pare dan daging sapi lokal,” ungkap wanita asal Malang ini.
Sekilas, apa yang menjadi tantangan dalam menyajikan menu rice bowl ini? Wanita berusia 35 tahun ini mengaku cukup sulit mengolah cumi hitam ini. Harus mempertahankan warna hitamnya. “Dibersihkan, tapi harus pertahankan kantongnya jangan sampai pecah. Kalau pecah, nanti cuminya tidak terlalu hitam,” jelas ibu dari tiga anak ini.
Rice bowl ini tentunya sangat menggugah selera makan. Dibumbui dengan cita rasa pedas, yang siap menggoyang lidah dan menggairahkan selera makan. “Meski konsep kafenya hutan, tapi menunya kebanyakan seafood. Pada umumnya hasil laut dan pedas,” tukasnya. (*/one/fly)
