Selama Dikukus Tidak Dianjurkan Bicara

- Rabu, 6 Februari 2019 | 14:27 WIB

Selasa (5/2) hari ini masyarakat Tionghoa tengah bersuka cita merayakan Tahun Baru Imlek 2570, dan berkumpul bersama sanak saudara. Selain memakai pakaian berwarna merah saat perayaan, Imlek pun sangat identik dengan kue keranjang.

 

LISAWAN YOSEPH LOBO

 

DALAM bahasa mandarin, kue ini disebut nian gao. Dalam dialek Hokkiah disebut ti kwe, yang selalu tersaji di rumah warga Tionghoa.Kue ini diproduksi hanya sekali dalam satu tahun. Saat perayaan Imlek, momen pembuat kue keranjang pun disibukkan dengan pesanan.

Tak terkecuali keluarga Melyana, yang sudah turun-temurun membuat kue keranjang setiap tahunnya. Melyana mengaku, ini termasuk pesan dari sang ibu Fung Luk Moy, yang telah berpulang pada Desember 2018.

“Pesannya dilanjutkan sama cucunya, soalnya sudah turun-temurun. Jadi harus tetap dilanjutkan. Kalau cucunya ini generasi ke-empat,” terang wanita berusia 54 tahun ini.

Cetakannya pun dibuat sendiri. Kue berbentuk bulat dan bundar ini tampak sederhana. Tapi siapa sangka, pembuatannya membutuhkan proses yang panjang. Paling tidak sekali produksi membutuhkan waktu tiga hari untuk menyelesaikannya. Untuk mengukusnya saja, mulai persiapan pukul 05.00 WITA, dan dikukus hingga pukul 21.00 WITA.

Maka tak heran, keluarga Melyana jauh-jauh hari, minimal 20 hari sebelum Imlek sudah mulai membuat kue keranjang.

“Satu hari ayak dan aduk tepung bermalam. Paginya baru dikukus sampai malam, diangkat dan didinginkan. Didinginkan sampai jam 12 siang, baru dipotong. Sore baru keluar (diantar ke toko atau pesanan),” bebernya.

Biasanya kue tradisional atau kue khas, memiliki pantangan yang tidak boleh dilanggar selama proses pembuatan. Nah, bagaimana dengan kue keranjang ini? Ternyata kue yang bertekstur kenyal dan lengket ini pun memiliki pantangan. Beberapa di antaranya, selama proses pembuatan tidak bisa ditinggal atau pergi melayat. Kemudian tidak boleh banyak berbicara atau berprasangka buruk.

Pengalamannya, keluarganya pernah melanggar pantangan tersebut. Siapa sangka, kue yang dikukus selama 12 jam ternyata tepung ketannya tidak masak. “Makanya ini sudah selesai baru kami berani bicara, karena sudah pernah kejadian,” kata wanita berkulit putih ini.

Tahun ini total memproduksi 225 kilogram (kg) tepung ketan. Selain dijual ke toko-toko dan pesanan orang, juga dibagi-bagikan ke keluarga. Dalam pembuatannya harus manis, agar dapat bertahan lama. Perbandingan tepung ketan dan gulanya, hampir satu banding satu.

“Kami buat ada 9 sak, beras ketan yang 25 kilogram. Tahun lalu kita buat 10 sak. Kalau ketannya 24 kilogram, gulanya juga 24 kilogram. Jadi harus manis,” jelasnya.

Siapa sangka, kue keranjang ini dapat bertahan selama bertahun-tahun. Disimpan di dalam lemari pendingin, setidaknya bertahan satu tahun hingga dua tahun. Namun di suhu ruang, sekitar sepuluh hari.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB
X