Disdag Bantah Tak Libatkan Pengusaha Lokal

- Jumat, 1 Februari 2019 | 11:45 WIB

NUNUKAN - Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Nunukan, Ir. Jabbar mengaku bukan tidak merangkul pengusaha lokal rumput laut dalam proses ekspor yang dilakukan saat ini. Hanya saja, ajakan yang selama ini tidak direspons dengan serius. Hingga akhirnya, eksportir yang sudah ada melakukan kegiatannya dan berjalan sendiri agar peluang ekspor itu dapat terlihat.

“Bukan tidak dilibatkan. Sebenarnya dari awal itu sudah merangkul pengepul dan pengusaha lokal. Hanya saja mereka tidak merespons karena tidak memahami maksudnya,” kata Jabbar kepada Radar Nunukan saat ditemui usai launching ekspor rumput laut yang digelar di Pelabuhan Tunon Taka Nunukan, Kamis (31/1).

Ia mengatakan, direct eksport Nunukan-Busan (Korea Selatan) yang dilakukan ini sangat diharapkan menjadi pemicu munculnya eksportir lokal di Kabupaten Nunukan. Sebab, apa yang dilakukan Direktur Utama CV Buana Mandiri Sejahtera, H. Muhammad Arif sebagai eksportir lokal pertama ini dapat membuka peluang bagi pengusaha lokal menjadi eksportir lokal juga.

 “Jadi, tidak hanya H. Arif saja yang menjadi eksportir. Tapi, kalau bisa ada banyak eksportir lokal yang bermunculan dan ikut terlibat dalam ekspor rumput laut ini. Karena, adanya seperti ini akan menambah peningkatan ekonomi masyarakat Nunukan, khususnya pembudidaya rumput laut,” ujarnya.

Menurut Jabbar, eksportir yang sudah berjalan ini merupakan upaya yang ketiga kalinya dilakukan. Dan, akhirnya baru terealisasi setelah Muhammad Arif berani melakukan ekspor perdana tersebut. Sebelumnya memang ada pengusaha lokal yang meminta agar ada eksportir lokal yang dapat menjual rumput laut itu ke negara tujuan. Sebab, 80 persen rumput laut Indonesia itu diekspor ke Hongkong. Lalu, 20 persennya dibagi ke negara lain. Namun, dari jumlah itu tak satupun nama Kabupaten Nunukan disebutkan. Padahal, Kabupaten Nunukan ini merupakan penghasil rumput laut terbesar di Kalimantan Utara (Kaltara). Yang ada, hanya Makassar dan Surabaya saja.

“Nah, saya berharap, ada eksportir lokal yang dapat mengangkat nama Nunukan di negara tujuan tersebut,” ungkapnya.

Memang harganya tetap sama dengan rumput laut yang dijual ke Makassar atau Surabaya. Yakni, Rp 20 ribu per kg. Namun, ada dampak besar yang diperoleh Kabupaten Nunukan ketika sudah melakukan direck eksport tersebut. Salah satunya, Kabupaten Nunukan tercatat sebagai daerah pelaksanaan ekspor yang pendapatan daerah diperoleh dari devisa negara melalui dana bagi hasil (DBH) atas pelaksanaan ekspor tersebut. “Makanya, saya meminta masyarakat khususnya pembudidaya rumput laut dan pengusaha lokal untuk mendukung program ini,” ungkapnya.

Di tempat sama, Direktur Utama CV Buana Mandiri Sejahtera, H. Muhammad Arif mengaku, sebelum melakukan ekspor dirinya telah bertemu dan berkoordinasi dengan seluruh pengusaha lokal rumput laut. Bahkan, dirinya telah mengajak menjadi eksportir agar dapat menjual komoditi unggulan Kabupaten Nunukan ini ke negara tujuan. Hanya, saja, tidak direspons dengan baik. “Yang pertama kali saya datangi ke Nunukan itu ketua asosiasi pengusaha rumput laut. Karena sebagai pengusaha lokal dan tokoh masyarakat juga. Beliau mendukung,” ujarnya.

Setelah dua bulan berjalan, Arif mengaku mengajak bertemu dengan Ketua Asosisali Pengusaha Rumput Laut (Apli) Nunukan, H. Udin. Dalam pertemuan tersebut, dirinya menjelaskan bahwa untuk melakukan ekspor perdana tersebut dirinya memerlukan rumput laut kering sebanyak 2 ton.

“Tapi, kalau sudah lancar dan butuh banyak, saya pasti menghubungi ketua Apli untuk membantu menyuplai permintaan dari luar negeri,” ungkapnya.

Jadi, lanjutnya, sebelum ekspor ini dilakukan, pihaknya sudah koordinasi dengan pengusaha lainnya. Hanya saja, karena prosesnya ekspor perdana maka menyuplainya tidak langsung banyak. Termasuk dengan kualitas rumput laut yang harus dikirim ke luar negeri. “Karena ekspor perdana, jadi mutu dan kualitasnya harus benar-benar diseleksi. Karena, saya berharap itu dapat mengekspor 300 ton per bulan,” sebutnya.

Muhammad Arisa, salah seorang pengusaha lokal rumput laut mengaku sangat mendukung ekspor perdana ini. Sebab, dengan adanya ekspor seperti ini maka tak hanya pengusaha saja, namun pembudidaya rumput laut di Nunukan akan semakin sejahtera.

 “Kami sangat mendukung upaya ini. Tapi, harusnya harganya lebih di atas lagi karena sudah masuk dalam ekspor,” kata Muhammad Arisa saat dikonfirmasi.

Ia mengaku, setelah adanya upaya direct eksport di Nunukan ini maka pembeli di Makassar juga mulai meningkatkan harga beli rumput laut asal Nunukan. Sehingga, ada persaingan bisnis yang terjadi. Karena, pembeli asal Makassar bersedia membelinya dengan harga yang lebih tinggi lagi. “Saya pribadi, tidak ingin menjadi eksportir lokal. Karena, keuntungan dan biaya ekspedisinya sama saja,” ujarnya. (oya/ana)

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ini Dia Delapan Aksi Konvergensi Tekan Stunting

Kamis, 25 April 2024 | 12:30 WIB

Dewan Negara Malaysia Kagum Perkembangan Krayan

Kamis, 25 April 2024 | 09:30 WIB

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X