TARAKAN - Kian tahun, Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Tarakan semakin terpuruk dengan kondisi anggaran hibah dari pemerintah kota yang terus menurun.
Pada 2018, KONI mendapatkan Rp 750 juta yang dirasa tidak dapat mencukupi kebutuhan dan kegiatan cabang olahraga. Terlebih di tahun ini informasinya KONI Tarakan mendapatkan anggaran hibah sebesar Rp 500 juta. Beberapa cabor beranggapan anggaran tersebut sangatlah minim dan jika dibagi keseluruhan cabor pun tidak dapat dipergunakan untuk pembinaan termasuk menggelar kegiatan seperti kejuaraan.
Dengan kondisi tersebut, Ketua Umum Layar Tarakan, Musianto menuturkan pemerintah ataupun pihak-pihak terkait termasuk KONI Tarakan tidak meminta prestasi jika anggaran pembinaan yang sangat minim. "Dukungan anggaran jelas sangat dibutuhkan oleh para cabor yang saat ini bernaung di Koni Tarakan. Kalau Rp 500 juta itu benar adanya diperuntukkan KONI Tarakan, sangatlah terbatas. Yang kami harapkan KONI tidak harus mengharapkan anggaran dari pemerintah kota namun bagaimana mencari solusi dengan minimnya anggaran seperti ini. Seperti contoh menggandeng beberapa pihak untuk mendukung pembinaan olahraga itu sudah cukup sehingga meski anggaran kita minim ada donatur yang membantu," ungkapnya.
Menurutnya, dengan anggaran Rp 500 juta tidak dapat menjadi apa-apa. "Belum lagi operasional KONI, penggajian para karyawan selama satu tahun, terus sisanya dibagi kepada cabor. Ini tentu tidak mencukupi. Pembinaan ini diperlukan banyak cabor yang saat ini bukan lagi mati suri tapi mati sungguhan. Terkadang untuk melakukan pembinaan saja para pengurus cabor harus mengeluarkan anggaran pribadi," tuturnya.
Musianto berharap persoalan anggaran ini tidak berlarut-larut karena hampir setiap tahun seperti ini. “Jangan sampai cabornya ada kegiatannya tapi disalahkan. Toh anggaran tidak ada bagaimana mau bergerak," jelasnya.(puu/ash)