Dari Rasa Peduli Ciptakan Alat Multifungsi

- Senin, 28 Januari 2019 | 14:25 WIB

Tentu kita semua pernah menonton serial kartun Doraemon di layar kaca. Jika Doraemon memiliki kemampuan mengeluarkan berbagai benda ajaib dari kantongnya karena tuntutan keadaan, hampir sama dengan yang dilakukan  Faizan (56) warga Jalan Gajah Mada RT 04, Kelurahan Karang Rejo Kecamatan Tarakan Barat. Seperti apa kisahnya?

 

AGUS DIAN ZAKARIA

 

PRIA kelahiran Surabaya 1962 ini, mampu menciptakan berbagai alat dari kondisi kesulitan yang dialaminya. Tidak tanggung-tanggung Faizan juga dapat menyulap sampah plastik menjadi 4 jenis bahan bakar yang paling dibutuhkan manusia sehari-hari.

Berawal dari keprihatinan sekitar 13 tahun lalu, Faizan yang bermukim di kawasan pesisir awalnya merasa sedih melihat lingkungannya terdapat banyak sampah plastik dan sampah sisa makanan. Meski saat itu ia masih menjabat sebagai ketua rukun tetangga (RT), namun ia tidak bisa berbuat banyak untuk menangani sampah tersebut.

“Sebelumnya saya kan RT di sini. Sebelumnya saya lihat daerah ini sangat kumuh. Waktu itu saya berpikir bagaimana kalau sampah ini bisa diolah. Sebenarnya untuk basic sendiri saya tidak punya ilmu ini. Tapi saya menciptakan eksperimen murni dari sikap spontanitas  melihat keadaan,” ujarnya saat menerima Radar Tarakan, pekan lalu.

Kreativitas mulai merasuk ke dalam dirinya setelah ia mendapat pelatihan dalam menangani sampah plastik untuk didaur ulang menjadi pupuk kompos tahun 2006. Bermodal ilmu dalam pelatihan pembuatan pupuk tersebut, ia lantas tidak merasa puas. Pupuk tersebut masih mengeluarkan bau tidak sedap. Sehingga seiring waktu berjalan ia berhasil menemukan cara untuk menghilangkan bau sedap tersebut melalui eksperimennya.

“Tahun 2006 ada tawaran dari salah satu LSM Jerman namanya Burda. Waktu itu menawarkan ke daerah untuk bekerja sama membuat pupuk. Akhirnya Pemkot Tarakan setuju. Jadi seluruh perwakilan semua kelurahan di Tarakan itu dicari orang yang mau mengelola kelurahannya masing-masing,” tuturnya kemarin. Alhamdulillah saya mewakili kelurahan saya, akhirnya dapat bantuan LSM bangunan ini. Jadi awalnya kami diajari buat pupuk. Tapi setelah diajari saya rasa kurang maksimal karena pupuknya ini menghasilkan bau tidak sedap. Akhirnya saya kembangkan dan bisa membuat pupuk itu tidak berbau,” ujarnya, kemarin (27/1).

Setelah berhasil membuat pupuk ramah lingkungan, akhirnya ia terpikir untuk memanfaatkan sampah plastik yang berserakan di lingkungannya. Bermodalkan logika, akhirnya ia mengumpulkan sampah tersebut dan mencoba melakukan eksperimen untuk membakar plastik tersebut. Melihat plastik yang terbakar meleleh dan cairan menyerupai minyak, akhirnya ia terpikir untuk membuat alat sederhana dari kaleng untuk dapat memanfaatkan cairan dari bakaran plastik tersebut menjadi bahan bakar.

“Setelah bisa buat pupuk, saya berpikir kalau sampah makanan saja bisa dibuat pupuk terus sampah plastik ini mau diapakan. Saya pikir, plastik ini kan kalau dibakar seperti ada minyaknya menetes. Saya tidak tahu kalau plastik ada kandungan minyaknya karena saya bukan orang akademisi. Setelah itu saya coba suling saya buat alat penyulingannya sendiri, eh ada tetesannya,” imbuhnya. 

Setelah berhasil menciptakan alat sederhana, akhirnya pria yang juga pernah berdagang sembako tersebut berhasil mengembangkan alat ciptaannya untuk menghasilkan 4 jenis bahan bakar.

“Setelah saya bakar tetesannya itu, akhirnya terbakar. Akhirnya saya kembangkan alat itu. Pertama masih solar saja. Setelah itu pipanya saya tambah kemudian akhirnya jadi minyak tanah terus saya tambah lagi panjang pipanya akhirnya jadi bensin dan terakhir gas,” terangnya.

Ia menerangkan, untuk membedakan 4 jenis bahan bakar tersebut dirinya hanya mengandalkan logika saja. Meski demikian, hasil kesimpulannya dalam menggolongkan jenis BBM berdasarkan rangsangan api tersebut ternyata sesuai dengan hasil penelitian salah satu profesor Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta belum lama ini.

“Begini, saya membedakan jenis BBM ini dari logika saja, kalau tetesannya ini saya bakar menyambar berarti ini bensin. Kalau yang tidak menyambar tapi agak jernih kalau dipakai dengan sumbuh kompor bagus, kalau yang warnanya agak kuning (bensin) sumbuhnya jadi keras. berarti yang jernih ini minyak tanah. Setelah itu saya tes di mesin bisa dan ini sudah dapat pengujian dari profesor UGM ternyata memang betul jenis 4 bahan bakar yang saya golongkan itu,” jelasnya.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ini Dia Delapan Aksi Konvergensi Tekan Stunting

Kamis, 25 April 2024 | 12:30 WIB

Dewan Negara Malaysia Kagum Perkembangan Krayan

Kamis, 25 April 2024 | 09:30 WIB

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X