TARAKAN – Kalimantan Utara (Kaltara) tergolong salah satu wilayah yang darurat narkoba. Karena hal itu juga, Kepala BNN RI Komjen Pol Heru Winarko akan melakukan kunjungan kerja (kunker) ke Bumi Benuanta. Sekaligus melakukan peninjauan langsung kawasan perbatasan yang rawan akan penyelundupan narkoba.
Kepala BNNP Kaltara, Brigjen Pol Ery Nursatari mengatakan, pertemuan dengan tokoh masyarakat dan unsur muspida nantinya akan membahas berbagai hal berkaitan dengan narkoba, terlebih Kaltara merupakan daerah perbatasan yang menjadi salah satu pintu masuk narkoba ke Indonesia.
“Saat sampai di Tarakan akan dilanjutkan dengan bertolak ke Sebatik, Kabupaten Nunukan. Di sana Kepala BNN RI, akan melakukan pertemuan tatap muka langsung dengan tokoh masyarakat dan unsur muspida, setelah itu melakukan peninjauan langsung di kawasan perbatasan yang sangat rawan akan penyelundupan narkoba,” tuturnya, Selasa (22/1).
Mengapa memilih Sebatik, karena wilayah tersebut berbatasan langsung dengan negara tetangga yang menjadi salah satu pintu masuk narkoba. Hal tersebut disimpulkan dari berbagai pengungkapan kasus, yang terjadi selama ini, di mana para bandar narkoba selalu menggunakan jalur Sebatik untuk memasukan narkoba sebelum di distribusikan ke daerah lain yang ada di Indonesia.
“Selain Sebatik, beliau juga melakukan hal yang sama di Tarakan keesokan hari. Pembahasannya sama berkaitan upaya memerangi narkoba, apalagi Tarakan merupakan kota transit yang sering digunakan untuk menyimpan barang haramnya sebelum dikirim ke berbagai daerah di Indonesia,” tuturnya.
Dalam kesempatan tersebut, dirinya juga akan memaparkan langsung kepada orang nomor satu di BNN RI tersebut berkaitan dengan kondisi BNNP Kaltara saat ini dalam memerangi narkoba, mulai dari kendala yang dihadapi serta sarana dan prasarana pendukung yang perlu ditambahkan.
“Saya harapkan, dari apa yang saya sampaikan alngsung ke beliau, BNNP Kaltara mendapatkan bantuan dari pusat dalam hal pemberantasan narkoba, mulai dari sarana dan prasana serta sumber daya manusia (SDM) yang saat ini masih kita nilai masih belum ideal,” pungkasnya. (jnr/nri)
