Banyak Lahan Beralih Fungsi

- Senin, 14 Januari 2019 | 09:36 WIB

NUNUKAN – Bibir pantai di Sebatik khususnya di Kecamatan Sebatik Timur dan Sebatik, diterjang abrasi. Imbasnya kondisi pantai kini telah berubah dan terkikis.

Selama ini, abrasi dikaitkan dengan gelombang yang tinggi. Namun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Nunukan, tidak ingin memvonis  abrasi terjadi akibat dari gelombang.

Prakirawan BMKG Nunukan, Taufik mengatakan, terkait abrasi di Sebatik tidak dapat langsung divonis akibat gelombang laut. Abrasi itu lebih dikenal dengan erosi pantai. Banyak faktor yang menyebabkan terjadi abrasi pantai.

“Seperti faktor cuaca dan iklim. Namun perlu pengkajian lebih lanjut untuk di wilayah bibir pantai di Sebatik,” kata Taufik.

Menurutnya, perubahan kondisi di bibir pantai atau terjadi kemiringan lahan sekitar pantai harus dikaji terlebih dahulu. Topografi wilayah Sebatik, kesimbangan ekosistem pasti saling terkait. Karena sangat banyak lahan yang beralih fungsi.

Seperti lahan hutan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit. Salah satu dapat memicu kondisi tanah sekitar dan dapat memudahkan terjadi abrasi. Sedangkan untuk masalah gelombang yang kerap berubah seperti ketinggian gelombang.

Masalah gelombang yang ingin dikaitkan dengan abrasi pantai, ia menjelaskan, bahwa sepekan ke depan diprakirakan cukup tinggi mencapai 1,25 meter. Hal ini dapat dilihat beberapa hari terkahir ada selisih perbedaan cukup signifikan, terkanan udara Nunukan dan Sebatik. Sehingga angin berembus cukup kencang dengan rata-rata 6 knot hingga 7 knot.

Selain itu, ada giat di daerah lepas pantai misalnya ada penambangan di sekitar bibir pantai Sebatik juga sangat memicu terjadi abrasi pantai. Pernah tercatat data di April lalu, sering terjadi abrasi karena ada penambangan pasir.

“Tidak selamanya faktor cuaca yang menyebabkan abrasi, karena cuaca dan iklim hal penyebab kesimbangan ekosistem sekitar Sebatik sangat menunjang,” ujarnya.

Ia berpesan, untuk di Sebatik sebaiknya adaptasi mitigasi tetap seimbang menjaga kondisi sekitar. Hutan tetap dilestarikan. Untuk sekitar pantai harus ada pohon mangrove yang dapat menjadikan solusi. Hal itu lebih penting untuk mengatasi abrasi pantai.

Sebelumnya telah disampaikan, warga yang bermukim di sekitar bibir pantai, semakin khawatir dengan kondisi abrasi yang terjadi. Walaupun telah ada penanganan dilakukan, namun tetap saja pantai semakin terkikis. Terutama ketika terjadi ombak besar.

Seperti yang diungkapkan, salah seorang warga Sebatik, Mursidi bahwa hampir sebagian bibir pantai di Sebatik terkena abrasi. Bahkan, rumah warga ada yang telah roboh akibat pantai yang semakin terkikis air laut ditambah ombak yang cukup kuat.

“Saat pertama kali membangun rumah, air masih jauh dari sekitar rumah. Namun saat ini telah masuk hingga kolom rumah,” kata Mursidi. (nal/zia)

 

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X