Pantai Amal, Nasibmu Kini

- Senin, 14 Januari 2019 | 09:22 WIB

Bagi masyarakat Kota Tarakan sangatlah tidak lazim jika tidak mengenal Pantai Amal. Objek wisata tertua di Kota Tarakan ini dulunya memiliki panorama luar biasa dan menyimpan histori sejarah Perang Dunia II.

AGUS DIAN ZAKARIA

Pantai ini merupakan jalur masuknya pasukan jepang ke Bumi paguntaka sekaligus menjadi langkah awal invasi militer negeri matahari terbit ke nusantara. Pasca kemerdekaan, dan Tarakan berkembang menjadi kota madya, Pantai Amal dinobatkan sebagai aset wisata pertama sebelum hadirnya wana wisata Persemaian dan Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) di Bumi Paguntaka. Namun, seiring perkembangan waktu yang melahirkan banyak wahana wisata baru, pantai ini kian dianak tirikan. Bak seorang gadis, pantai amal yang dulunya terlihat anggun kini menjelma seperti seorang nenek yang rentah termakan usia. Kini pantai ini dihiasi ribuan sampah yang berserakan. Tidak ramai pengunjung, dan hanya terlihat beberapa petani rumput laut saja.

Sahida (40) seorang pedagang yang berada di kawasan tersebut mengungkapkan kotornya pantai disebabkan karena kurangnya kesadaran pengunjung dan para pedagang termasuk dirinya. Ia mengakui sebagai padagang yang berjualan di kawasan tersebut, tidak jarang ia dan pedagang lain membuang sampahnya di pantai sehingga hal tersebut membuat pantai semakin kotor.
Meski sekarang telah membuang sampah pada bank sampah yang tersedia. Namun kondisi pantai yang terlanjur kotor membuat pengunjung tidak dapat mengubah kebiasaan buruknya sehingga setiap harinya sampah terus mengalami penambahan. "Memang sebenarnya karena kebiasaan dari dulu juga. Orang datang ke sini buang sampahnya di pantai, kami juga kadang begitu. Karena dulu pas masih ramainya kami tidak punya waktu membawa sampah ke bank sampah jadi kami buang di tempat terdekat saja. Walaupun sekarang kami sudah buang samapah di bank sampah tersedia, tapi tetap saja pengujung buang sampahnya di sembarang tempat," tuturnya kemarin (11/1).

Selain pengunjung yang masih membuang sampah di pantai, adanya aktivitas pertanian rumput laut juga menjadi faktor semakin kotornya pantai. Sedikitnya 100 botol plastik bekas terbuang di bibir pantai setiap harinya.

"Kita tidak bisa bohongi, adanya rumput laut juga menjadi penyebabnya. Bayangkan setiap hari ada orang panen rumput laut di sepanjang Pantai Amal Lama sampai Binalatung. Setiap panen itu paling sedikit 100 botol plastik yang dibuang karena sudah rusak. Jadi sudah tidak bisa dipakai jadi pelampung lagi. Kalau habis panen biasanya botol plastik itu dibuang di pinggir pantai," terangnya.

Semakin hari sampah tersebut semakin tidak terkendali. Sehingga banyaknya sampah nyaris menutupi pasir bibir pantai. Pantai yang dulu sering mengangumkan banyak pasang mata berubah menjadi tempat yang kumuh.

Abdul Rahman (52) Ketua RT 5 Kelurahan Amal Baru menerangkan, ia sudah sering memperingatkan warganya untuk tidak membuang sampah ke pantai. Meski demikian, masih ada saja warga yang membuang.

"Sudah sering saya tegur, berbui sudah mulut saya ngomong tetap juga masih ada masih ada orang buang sampah di situ," tuturnya.

Ia mengakui sebagian besar sampah berasal adanya aktivitas pertanian laut dan perilaku buruk pengunjung. Walau begitu, ia menerangkan, sulitnya petani rumput laut membuat bekas botol plastik dikarenakan jauhnya fasilitas bank sampah.

"Memang kebanyakan sampah bekas botol dari rumput laut yang sudah tidak terpakai, ada juga botol plastik dari orang yang datang ke sini. Tapi memang tidak bisa disalahkan juga karena tempat sampah jauh sekali jadi banyak orang tidak mau repot makanya buang langsung ke pantai," tuturnya.

Sementara itu, Darwis (54) seorang petani rumput laut mengakui jika botol plastik kerap dibuang di pinggir pantai. Meski begitu, ia juga mengakui sekarang membakar langsung botol plastik dari aktivitas bertaninya. "Memang kebanyakan orang buang di mana-mana botolnya tapi kalau saya jarang. Kalau saya kadang dibakar," imbuhnya.

Sementara itu, PLT Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tarakan Supriono mengakui kurangnya kesadaran masyarakat menyebabkan rusaknya objek wisata tertua di Kota Tarakan tersebut. Menurutnya tidak adanya jiwa kebersihan yang tertanam di jiwa masyarakat menghasilkan sikap apatis terhadap lingkungan. Sehingga, hal tersebut perlu adanya kesadaran yang dimulai dari diri sendiri.

"Mau bagaimana lagi, beginilah karakter masyarakat kita hari ini. Kami telah berupaya bahkan setiap beberapa bulan sekali kami rutin melakukan kerja bakti membersihkan pantai. Tapi tetap setelah itu sampahnya banyak lagi. Harapan terakhir kita masyarakat bisa sadar untum tidak membuang sampahnya di pantai lagi. Karena bagaimana pun juga baik buruk akan kembali kepada mereka," tuturnya.

Dengan kondisi pantai yang amat kotor serta kultur masyarakat yang kerap melempar kesalahan tentunya cita-cita melihat Pantai Amal yang bersih hanya akan menjadi angan-angan belaka. Meski demikian, besarnya perhatian masyarakat Kota Tarakan terhadap kondisi pantai diharapkan dapat menjadi ransangan pemerintah agar dapat mengeluarkan kebijakan tegas untuk menyelamatkan Pantai Amal dari cengkraman sampah. (***/udn)

 

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X